Apakah Indeks Massa Tubuh IMT Itu Akurat
Hi, Teman Sehat! Apa kamu sudah tahu indeks massa tubuh (IMT)? Yaps, ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur status gizi seseorang. Cukup dengan memasukkan nilai berat badan dan tinggi badan, kamu sudah bisa mengetahui status gizi kamu saat ini, apakah berat badan kamu normal, kurus, overweight, atau obesitas. Sebenarnya, IMT akurat ngga sih sebagai prediktor kesehatan? Penasaran? Yuk, cek di sini!
Tentang indeks massa tubuh (IMT)
Foto: Freepik.comIndeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) pertama kali dirancang oleh Lambert Adolphe Jacques Quetelet pada tahun 1830-an. Ia adalah seorang matematikawan Belgia, sosiolog, ahli statistik, dan juga astronom. Menariknya, Quetelet menyatakan bahwa IMT ngga digunakan untuk mempelajari individu, melainkan untuk memberikan gambaran umum kesehatan populasi secara keseluruhan. Meski begitu, hingga saat ini, IMT masih sering digunakan untuk mengukur kesehatan individu.
Rumus IMT
Nilai IMT didasarkan pada rumus matematika yang menentukan apakah kamu punya berat badan sehat atau ngga, dengan rumus:
BMI = berat badan (kg) / tinggi badan (m^2)
Kamu juga bisa loh, menggunakan kalkulator IMT online, seperti yang disediakan oleh Lini Sehat Bugar Indonesia.
Adapun klasifikasi IMT (kg/m^2) menurut Weir dan Jan (2020) adalah:
* 18,5-24,9: Normal.
* 25,0-29,9: Overweight.
* 30,0-34,9: Obesitas kelas I.
* 35,0-39,9: Obesitas kelas II.
* > 40 : Obesitas kelas III (ekstrem).
Adapuncut off IMT (kg/m^2) pada orang Asia, yaitu:
* 18,5-22,9: Normal.
* 23-24,9: Overweight.
* > 25: Obesitas.
Apakah IMT prediktor kesehatan yang akurat?
Foto: Freepik.comMeskipun ada kekhawatiran kalau IMT itu ngga akurat dalam mengidentifikasi sehat tidaknya seseorang, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa risiko seseorang terkena penyakit kronis dan kematian dini meningkat apabila IMT-nya 30,0 (obesitas).
Borrel dan Samuel tahun 2014 juga menemukan bahwa orang dengan IMT kurus, gemuk, dan obesitas memiliki tingkat kematian lebih cepat daripada orang dengan IMT normal. Selain itu, pengurangan 5-10% nilai IMT telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik.
Karena sebagian besar hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit kronis di antara orang obesitas, terutama risiko kematian dini dan sindrom metabolik, banyak para ahli kesehatan menggunakan IMT sebagai gambaran umum dari risiko kesehatan seseorang. Tapi, perlu digarisbawahi bahwa ini bukan satu-satunya alat diagnostik yang bisa digunakan.
Kekurangan IMT
Foto: Freepik.comNah, meskipun banyak penelitian yang menunjukkan kaitan antara IMT rendah atau tinggi dengan peningkatan risiko kesehatan, kekurangan dalam penggunaannya tetaplah ada, yaitu:
1. Mengabaikan faktor kesehatan lainnya, seperti usia, jenis kelamin, genetika, gaya hidup, riwayat kesehatan, serta faktor lainnya, seperti pendapatan, pendidikan, dan lingkungan hidup.
2. Ngga membedakan antara lemak dan otot. Misalnya, dua orang dengan tinggi dan berat badan sama bisa terlihat sangat berbeda, yang satu mungkin seorang binaragawan dengan massa otot tinggi, sedangkan satunya lagi mungkin massa lemaknya yang lebih tinggi.
3. Ngga mempertimbangkan distribusi lemak. Misalnya, lemak yang tersimpan di sekitar perut – bentuk tubuh apel – lebih berisiko terkena penyakit kronis daripada orang yang lemaknya tersimpan di pinggul, bokong, dan paha – bentuk tubuh pir.
4. Mungkin ngga relevan untuk semua populasi. Misalnya, sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa orang keturunan Asia berisiko terserang penyakit kronis pada batas IMT yang lebih rendah daripada orang kulit putih.
Pada dasarnya, IMT berfokus pada berat badan dan tinggi badan sebagai gambaran umum, bukan secara spesifik. Oleh sebab itu, pertimbangkan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter, dietisien, atau ahli gizi di sekitar kamu. Para ahli ini akan membantu dengan mempertimbangkan faktor lainnya yang memengaruhi berat badan dan status kesehatan kamu.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti STP
Zierle-Ghosh A, Jan A. Physiology, Body Mass Index. [Updated 2020 Jul 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: /books/NBK535456/
Weir CB, Jan A. BMI Classification Percentile And Cut Off Points. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: /books/NBK Borrell, L. N., & Samuel, L. (2014). Body mass index categories and mortality risk in US adults: the effect of overweight and obesity on advancing death.American journal of public health,104(3), 512–519. /10.2105/AJPH.2013. Brown, J. D., Buscemi, J., Milsom, V., Malcolm, R., & O’Neil, P. M. (2016). Effects on cardiovascular risk factors of weight losses limited to 5-10.Translational behavioral medicine,6(3), 339–346. /10.1007/s Brown, J. D., Buscemi, J., Milsom, V., Malcolm, R., & O’Neil, P. M. (2016). Effects on cardiovascular risk factors of weight losses limited to 5-10.Translational behavioral medicine,6(3), 339–346. /10.1007/s