Alat Musik Angklung Tentang Sejarah Dan Cara Memainkannya

Alat Musik Angklung – Sebelum membahas tentang alat musik angklung lebih jauh, ada baiknya, pertama-tama, bacalah fakta-fakta terkait angklung di bawah ini:

Setiap satu angklung bisa menghasilkan satu nada atau akord dan beberapa pemain harus berkolaborasi jika ingin memainkan melodi. Lalu, bambu hitam yang dipakai untuk membuat angklung dipanen selama dua minggu dalam setahun, saat jangkrik “bernyanyi”. Bambu itu juga harus dipotong paling tidak tiga ruas di atas tanah demi memastikan akarnya bisa terus merambat.

Kemudian, pendidikan terkait angklung disalurkan dari generasi ke generasi umumnya secara lisan, dan akan semakin meningkat jika dilakukan di lembaga pendidikan. Dari segi permainannya, pemain harus berkolaborasi dan sebelumnya harus saling bekerja sama, menghormati, disiplin dalam kebersamaan, bertanggung jawab, berkonsentrasi, mengembangkan memori, serta perasaan artistik satu sama lain.

Melalui pernyataan tersebut, sudahkah kamu merasakan hebatnya angklung, penemu, dan para pemainnya? Lewat artikel ini, kita akan mempelajari alat musik angklung khas Indonesia, bersama-sama!

Tentang Angklung
pixabay.com

Angklung merupakan alat musik asal Indonesia yang terdiri atas 2 sampai 4 tabung bambu yang digantung dalam bingkai bambu pula. Ikatannya menggunakan tali rotan. Tabung ini dipangkas dan dipotong dengan hati-hati oleh pengrajin angklung ahli demi menghasilkan nada tertentu.

Angklung tradisional menggunakan tangga nada pentatonik. Namun, musisi Indonesia Daeng Soetigna memperkenalkan angklung bernada diatonis pada tahun 1938. Angklung ini pun dikenal sebagai angklung padaeng.

Alat musik angklung berkaitan erat dengan adat istiadat, identitas budaya, dan seni di Indonesia. Alat musik ini biasa dimainkan saat upacara tertentu, seperti penanaman padi, panen, sampai khitanan.

Angklung bisa digantung dan diatur dalam barisan untuk dimainkan secara solo, atau satu angklung bisa diberikan di antara kelompok dan dimainkan oleh tiap pemain yang bertanggung jawab membunyikan satu nada dalam pola atau melodi.

Alat Diplomasi Budaya
Dalam kaitannya dengan penyebaran budaya, praktik program budaya antarnegara yang berbeda dapat menjadi bahan ampuh untuk melawan stereotip dan persepsi negatif. Pertunjukkan dan seni visual pun punya kekuatan tersendiri.

Dengan cara tersebut, seni dan musik sebagai alat diplomasi budaya dengan soft power merupakan bentuk “social healing”, yang menjadi cara damai untuk menyembuhkan “penyakit sosial” yang asalnya dari kurangnya komunikasi dan kesalahpahaman.

Dengan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa perkembangan angklung Indonesia dapat dieksplorasi dan cocok untuk tujuan diplomasi budaya.

Karakteristik Suara
pixabay.com

Hal utama yang berkaitan dengan suara dari alat musik angklung ialah tabung bambunya. Kita hanya perlu menggoyangkan angklung untuk memainkannya karena goyangan dari kita akan menimbulkan nada.

Tabung bambu akan “dipukul” dan menghasilkan suara saat seseorang mengguncang instrumen ini. Saat angklung diguncangkan secara terus-menerus, kesan tabung bambu yang dipukul tak akan cepat-cepat hilang. Pada angklung yang diameternya lebih besar atau seperti alat musik bambu lain yang tabungnya dipukul, kesan “pukulan”nya akan hilang seolah bambu ditiup seperti seruling.

Aspek lain yang mempengaruhi karakter pukulan ini pun dipengaruhi oleh bambu itu sendiri. Tak seperti kayu yang kuat, bambu tergolong ringan. Pengaruh bahan ini ialah pada resonansi suara yang biasa mempengaruhi karakter alat musik bambu. Suara yang dihasilkan pun akan jadi rindang, ringan, dan indah meski terkadang bambu tersebut berdiameter besar.

Terdapat beberapa prinsip teknik memainkan lagu yang diaransemen dan dibawakan dengan alat musik angklung. Misalnya, teknik goyang sering dipakai untuk mengekspresikan melodi utama lagu karena ciri khas angklung yang unik. Dalam suatu pertunjukan musik, ciri-ciri alat musik ini juga tergantung pada bentuk aransemen, jenis lagu, dan lainnya.

Angklung pun tidak bisa berdiri sendiri sebagai alat musik tunggal, utamanya karena hanya menghasilkan satu nada tunggal yang sama. Memang, angklung padaeng punya dua tabung, tapi nadanya juga tetap sama. Bedanya, satu tabung lainnya menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi.

Uniknya, pada angklung jenis pengiring, terdapat tiga sampai empat tabung yang menghasilkan akord dalam satu angklung.

Saat angklung dimainkan secara ansambel atau beregu, sifatnya sama seperti tanaman bambu yang tak pernah berdiri sendiri dan akan selalu tumbuh berkelompok. Indah dan solid, bukan?

Dari Sunda, Mendunia
asia.si.edu

Negara tercinta kita, Indonesia, memang memiliki berbagai budaya, termasuk alat musik khas daerah. Salah satunya, ialah angklung yang merupakan alat musik daerah yang populer sejak dulu. Makin ke sini, kesenian ini pun membuat budaya daerah jadi makin kaya.

Alat musik yang satu ini pun sudah mendunia dan tak hanya menjadi kekayaan daerah semata. Angklung sudah diakui oleh UNESCO dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity sebagai Warisan Budaya Dunia.

Prestasi lain dari angklung hingga saat ini, yakni tercatat dalam Guinness Book of World pada 2011. Oleh karena permainan angklung bersama yang dilakukan di Washington, Amerika Serikat, penghargaan ini pun diberikan.

Menariknya, alat musik angklung saat itu membawakan salah lagu milik penyanyi legendaris Michael Jackson, yakni “We Are The World” yang permainannya dipimpin oleh pendiri Saung Angklung Udjo, Daeng Udjo.

Sejarah Angklung
Sebelum Indonesia mengenal pengaruh Hindu pada kira-kira abad ke-5 Masehi, angklung diyakini sudah ada. Jaap Kunst dalam Music in Java berpendapat, angklung ditemui pula di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan meskipun merupakan alat musik tradisional Jawa Barat.

Tercatat, sejarah penggunaan angklung di Jawa Barat sendiri dimulai pada masa Kerajaan Sunda, yakni pada sekitar abad ke-12 hingga ke-16. Permainan angklung pada era itu dilakukan demi pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dari Dewi Sri, yakni Dewi Kesuburan atau Dewi Padi.

Selain untuk pemujaan, kisah yang tercatat dalam Kidung Sunda juga mengungkap bahwa alat musik ini dimainkan untuk memacu semangat prajurit saat peperangan. Meski kegunaannya sangat berbeda dengan saat ini, angklung masih digunakan sebagai alat musik untuk beragam pertunjukan.

Misalnya, pertunjukkan angklung dilakukan oleh Daeng Soetigna, seorang tokoh angklung nasional, pada Perundingan Linggarjati 1946 setelah proklamasi. Saat ini, Daeng sendiri dikenal dengan julukan Bapak Angklung Indonesia yang berhasil menciptakan alat musik itu dengan tangga nada diatonis yang bisa dimainkan dengan harmonis bersama alat musik lainnya.

Sang murid, Udjo Ngalagena, pun melanjutkan upaya Daeng melestarikan angklung. Udjo sendiri dikenal sebagai pendiri tempat wisata seni budaya unggulan bernama Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung.

Udjo pun mempromosikan penggunaan angklung secara luas dalam pendidikan musik Indonesia. Saung Angklung Udjo sendiri didirikannya pada 1966 sebagai pusat pembelajaran dan pertunjukkan angklung.

Saat ini, SAU dioperasikan oleh keluarga dan anak-anak Udjo yang masih terus aktif mempromosikan angklung dan beragam kesenian lainnya, khususnya dari Sunda.

Tak hanya mengajar kelas musik dan tari kepada siswanya, pusat SAU ini juga menampilkan pertunjukkan wisata “Bambu Sore” setiap harinya, yang merupakan rumah bagi pabrik kerajinan bambu yang membuat souvenir bambu dan instrumen angklung berkualitas tinggi.

Hingga akhir hayatnya, Udjo juga sangat aktif berupaya menjangkau desa-desa dan sekolah-sekolah demi menyebarluaskan budaya angklung dan akhirnya mendapat dukungan untuk pendidikan angklung dari pemerintah.

Cara Memainkan Angklung
pixabay.com

Dalam memainkan angklung, terdapat dua prinsip dasar, yakni digoyang atau short hit, yang dalam bahasa Sunda disebut “centok”. Prinsip ini pun sama seperti pizzicato dalam biola. Saat angklung dikocok, suara keluar dalam kualitas bagus saat dikocok dengan cepat. Namun, kesan bambu yang dipukul akan lebih dominan jika angklung digoyang dalam frekuensi lambat.

Kesan ini pun akan diperparah jika tim pemain angklung beranggotakan sedikit orang, kisaran pemain saja. Adapun dalam teknik goyang ini, sifat angklung tidak sepenuhnya mirip dengan alat musik tiup. Ciri dari bunyi alat musik angklung adalah kombinasi antara alat musik perkusi dan alat musik tiup. Kedua karakteristik ini sangat penting selama angklung dimainkan.

Berikut teknik memainkan angklung secara lebih rinci:

1. Teknik Cetok/Sentak
Seperti penjelasan sebelumnya, teknik ini dilakukan dengan menarik tabung dasar dengan cepat menggunakan jari ke telapak tangan. Dengan teknik ini, bunyi yang dihasilkan hanyalah satu kali.

2. Teknik Getar/Kurulung
Teknik ini adalah yang paling umum digunakan dalam memainkan angklung. Caranya, satu tangan memegang rangka angklung sementara tangan lainnya menggoyangkan alat musik tersebut. Angklung digoyangkan sesuai nada yang dikehendaki sampai tabung-tabungnya saling beradu dan menimbulkan bunyi.

3. Tekning Tangkep
Tak jauh berbeda dari teknik kurulung, cara memainkan angklung dengan teknik tangkep adalah dengan satu tabung angklung yang ditahan dengan jari. Fungsinya, tentu agar tabung itu tidak bergetar.

Jenis-Jenis Angklung
Antara Foto

Sebagai alat musik khas daerah yang banyak tersebar di Indonesia, angklung punya beberapa jenis yang perlu diketahui. Berikut jenis-jenis tersebut:

1. Angklung Badeng
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa badeng adalah jenis kesenian yang menekankan segi musikal. Angklung pun menjadi alat musik utamanya. Angklung badeng dapat ditemukan di Sanding, Malangbong, Garut. Beberapa lagu yang terdapat dalam kesenian badeng ialah Lailahaileloh, Ya’ti, Yautike, Kasreng, Solaloh, dan Lilimbungan.

2. Angklung Gubrag
Namanya memang unik, seperti karakter suara jatuh sesuatu. Angklung yang satu ini dapat ditemukan di Kampung Cipining, Cigudeg, Bogor. Angklung Gubrag sendiri sudah berusia cukup tua. Ia digunakan untuk menghormati Dewi Padi dalam kegiatan melak pare atau menanam padi, ngunjal pare atau mengangkut padi, dan ngadiukeun atau menempatkannya ke lumbung.

3. Angklung Padaeng
Inilah jenis angklung yang dikenalkan oleh daeng Soetigna pada sekitar tahun 1938. Angklung ini menggunakan laras nada diatonik yang umumnya dipakai untuk memainkan lagu-lagu internasional. Jadi, angklung ini pastinya bisa disertakan dalam ansambel bersama alat musik internasional lain pula.

4. Angklung Buncis
Terdapat di Baros, Arjasari, Bandung, buncis ialah seni pertunjukan yang sifatnya hiburan. Angklung buncis awalnya dipakai saat acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Namun, saat ini ia mulai beralih fungsi sebagai hiburan masyarakat.

5. Angklung Toel
Diciptakan oleh Kang Yayan Udjo dari Saung Angklung Udjo pada 2008, angklung toel punya rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung yang dijejer dengan terbalik dan diberi karet. Dalam memainkannya, pemain hanya perlu “menoel” angklung tersebut dan mereka akan bergetar selama beberapa saat karena adanya karet di sana.

6. Angklung Sarinande
Angklung yang satu ini adalah istilah untuk angklung padaeng yang cuma menggunakan nada bulat tanpa nada kromatis. Adapun, nada dasarnya ialah C. Satu unit kecil angklung sarinande berisikan 8 angklung, dari Do rendah sampai Do tinggi. Sementara itu, angklung sarinande plus berisikan 13 angklung, dari Sol rendah sampai Mi tinggi.

7. Angklung Sri-Murni
Gagasan Eko Mursito Budi menciptakan angklung Sri-murni. Angklung ini sendiri diciptakan khusus untuk kebutuhan robot angklung. Angklung Sri-murni menggunakan dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama sehingga nada yang dikeluarkan ialah nada murni atau mono-tonal.

Prestasi Angklung
Salah satu Fakta Angklung Indonesia adalah prestasinya. Bahkan bagi masyarakat Indonesia, masih belum banyak yang mengetahui bahwa angklung telah dikenal di kancah dunia. Salah satu adalah di Eropa. Berikut ialah beberapa contoh prestasi angklung, dikutip dari Factsofindonesia.

Keluarga Paduan Angklung (KPA) SMAN 3 Bandung, salah satu klub paduan suara SMA telah membuat gebrakan dengan menggelar Expand the Sound of Angklung (ESA). ESA sendiri merupakan event musik dimana KPA telah mengikuti tiga kategori dalam festival musik Eropa.

ESA pun telah diselenggarakan dan diikuti sebanyak empat kal,i yaitu pada 2002, 2004, 2008, dan 2010. Banyak sekali prestasi yang diraih dalam daftar tersebut, contohnya:

* International Folklfestival ke-29 di Gannat, Prancis.
* International Folklfestival ke-19 di Moerbeke-Waas, Belgia.
* Expand The Sound of Angklung 2002 juga menggelar dua konser di Heidelberg dan Kiel, Jerman.
* Aberdeen International Youth Festival (AIYF) di Aberdeen, Skotlandia. (Festival ini merupakan festival anak muda terbesar di dunia yang berfokus pada perkembangan musik dan teater anak muda).
* International Festival of Mountain Folklore ke-36 di Zakopane, Polandia. (Ini adalah salah satu kompetisi tertua tentang tradisi rakyat. KPA3 diundang sebagai peserta pertama dari Indonesia. Dalam festival ini, KPA3 meraih 3 piala).
* Internasional Petras, Greece Norbanus Festival, 2008, di Norma, Italia.
* Festival of Rassegna, 2008, di Castiglione del Lago, Italia.
* International Society of Music Education International Conference, 2008, di Bologna, Italia.
* International Festival Folkart Maribor (29 Juni-3 Juli 2010).
* Summa Cum Laude International Youth Music Festival Vienna (3 Juli-8 Juli 2010) yang diselenggarakan oleh VIA MUSICA (Vienna International Association for Music and Culture Exchange atau Asosiasi Internasional Vienna untuk Pertukaran Musik dan Budaya) dan menyediakan platform unik untuk paduan suara, band, dan orkestra pemuda paling berbakat di dunia.
* International Folk Festival (Festival Internacional de Folklore) of Ciudad Real (13 Juli-20 Juli 2010) yang diselenggarakan oleh Association of Songs and Dances of Ciudad Real (Mazantini Group).
* International Folk Festival (Festival Folklórico Internacional) of Extremadura, Badajoz (21 Juli-29 Juli 2010).

Penutup
Fakta-fakta di atas berhasil menunjukkan betapa luar biasanya angklung, salah satu alat musik asli Indonesia. Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, angklung berkembang dari sekedar alat musik tradisional yang tidak banyak orang tahu menjadi alat musik tradisional yang paling terkenal dari Indonesia.

Selain alat musik angklung, tentunya masih banyak alat musik tradisional Indonesia yang sangat layak untuk dikenal. Jadi, alat musik Indonesia apa yang pernah kamu mainkan?

Grameds, kamu dapat memperluas pengetahuan terkait alat musik khas Indonesia dengan membaca buku. Dalam langkahmu, tak ada salahnya memanfaatkan Gramedia sebagai toko buku online terbesar di Indonesia yang rajin menawarkan promo-promo menarik untuk memenuhi koleksi bukumu. Makin membaca, makin tahu, makin paham, dan makin #LebihDenganMembaca.

Yuk, tingkatkan budaya literasi bangsa Indonesia bersama Gramedia, dimulai dari kamu.

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

BACA JUGA:

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.”

* Custom log
* Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
* Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
* Tersedia dalam platform Android dan IOS
* Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
* Laporan statistik lengkap
* Aplikasi aman, praktis, dan efisien