Keputihan Abnormal Penyebab Pencegahannya
Apa itu Keputihan?
Keputihan adalah kondisi ketika lendir atau cairan keluar dari vagina (1). Keputihan merupakan keluhan yang dialami oleh sebagian besar wanita, terutama mereka yang sudah memasuki masa pubertas hingga menjelang menopause. Biasanya keputihan muncul mendekati atau sesudah siklus menstruasi akibat perubahan hormonal tubuh, namun dapat juga dipengaruhi oleh stress, aktivitas seksual, dan faktor higienitas (2). Meskipun keputihan adalah yang umum dialami, namun terdapat keputihan yang bersifat normal dan abnormal:
* Keputihan normal: ditandai dengan cairan yang berwarna bening atau sedikit putih, dengan tekstur seperti lendir (encer hingga kental tergantung pada siklus menstruasi dan faktor hormonal) serta tidak berbau(2).
* Keputihan abnormal: merupakan tanda terjadinya infeksi pada organ kewanitaan, di mana ciri-ciri keputihan abnormal ditandai dengan lendir yang berwarna kuning hingga kehijauan, berbau tidak sedap dan dapat disertai dengan iritasi, gatal ataupun nyeri pada vagina, area panggul dan saat buang air kecil(1).
Tidak hanya itu, namun pada beberapa tahap perkembangan penyakitnya, keputihan yang abnormal juga dapat disertai dengan:
1. Tekstur keputihan yang lebih menggumpal
2. Vagina yang bengkak dan kemerahan
3. Terjadinya perdarahan yang muncul di luar menstruasi secara tiba – tiba atau pasca berhubungan intim (1,3).
Penyebab keputihan abnormal
Keputihan yang bersifat abnormal dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (4):
* Peningkatan jumlah bakteri dalam vagina atau Bacterial vaginosis (BV)
* Infeksi jamur pada vagina atau Vulvovaginal candidiasis (VVC)
* Penyakit Menular Seksual, seperti kencing nanah, Trikomoniasis, dan Klamidia
* Benda asing seperti penggunaan tampon dalam waktu lama
* Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian sabun mengandung parfum
Dari beberapa penyebab keputihan abnormal, sebagian besar akibat infeksi pada area vagina. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
* Melakukan hubungan intim tanpa proteksi (3)
* Memiliki beberapa partner seksual(3)
* Konsumsi antibiotik (3)
* Penggunaan terapi hormonal seperti pil kontrasepsi(3)
* Tidak menjaga kebersihan area kewanitaan, terutama terjadinya ketidakseimbangan pH pada vagina dapat menyebabkan rentan terjadinya infeksi (5).
Pengobatan Keputihan Abnormal
Oleh karena itu, jika muncul gejala – gejala keputihan abnormal, disarankan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter agar mendapatkan terapi yang tepat:
* Dokter akan mencari penyebab keputihan abnormal tersebut, seperti jika disebabkan oleh bakteri akan diberikan antibiotik.
* Namun, jika keputihan disebabkan oleh infeksi jamur akan diberikan anti jamur, terapi dapat berupa konsumsi obat ataupun aplikasi gel/krim pada area infeksi.
* Keputihan yang disebabkan reaksi alergi atau iritasi dapat dilakukan dengan menghindari penyebab timbulnya keputihan tersebut. Cobalah untuk mengganti sabun atau merek pembalut yang mungkin menjadi pemicunya (1). Dengan demikian, keputihan abnormal membutuhkan penanganan oleh ahlinya.
Cara Mencegah Keputihan Abnormal
Agar terhindar dari keputihan, terutama yang bersifat abnormal, penting untuk menjaga kebersihan area kewanitaan sebagai langkah awal yang dapat diterapkan sehari-hari. Beberapa tips yang dapat kamu lakukan di antaranya adalah (1):
1. Membersihkan vagina tidak dengan menggunakan sabun sembarangan. Pilihlah sabun yang lembut dan didesain khusus untuk melindungi miss V dari rasa tidak nyaman. Kamu bisa menggunakan sabun untuk area kewanitaan yang memiliki pH seimbang, mengandung Vitamin B5 untuk menjaga kulit agar tetap sehat. Serta sabun yang mengandung ekstrak lotus untuk menjaga kesegaran area V setiap hari.
2. Mencuci vagina dari arah depan ke belakang secara lembut.
3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun agar dapat menyerap keringat dan rutin menggantinya minimal 2x sehari setiap selesai mandi.
4. Gunakan pakaian yang tidak terlalu ketat agar kelembaban terjaga.
5. Hindari penggunaan panty liner, jika menstruasi rutin mengganti pembalut setiap jam sekali.
6. Hindari melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dan jangan berganti–ganti pasangan.
CH Artikel ini ditulis oleh:
dr. Jessica Gabriana
Artikel ini ditinjau oleh:
dr. Riana Nirmala Wijaya – Medical Affairs Bayer Consumer Health