Omzet Capai Jutaan Rupiah Dari Cetak Kartu Vaksin
Sebulan belakangan nyaris semua percetakan di Kota Marmer ketiban rezeki. Yakni tingginya permintaan cetak kartu vaksin. Bahkan, omzet mereka hingga jutaan rupiah padahal baru buka satu bulan.
Eko Sulistyono, 33, salah satu pelaku percetakan di Desa Tugu, Kecamatan Rejotangan, telah melakoni usaha percetakan kartu vaksin ini sejak dua minggu yang lalu. Berawal dari Eko melihat peluang usaha ini yang dirasa menguntungkan. Kemudian membuka pemasaran lewat media sosial dan offline dengan cara mulut ke mulut. “Sejak dua minggu ini saya telah menerima 300 pesanan cetak kartu vaksin. Harga yang saya patok saat ini berkisar Rp 8 ribu tiap kartu. Saya rasa itu sudah murah karena yang lain bisa mencapai lebih dari Rp 10 ribu,” ujar Eko yang ditemui di rumahnya kemarin (29/8).
Selama ini paling banyak Eko menerima pesanan dari media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Namun tidak sedikit juga yang memesan dari tetangganya sendiri. Menurutnya para pemesan mencetak karena kebutuhan perjalanan dan untuk pengarsipan. Rata-rata tiap hari Eko menerima 5-10 pesanan cetak kartu vaksin.
Menurut Eko, dengan bentuk kartu vaksin kecil seperti kartu tanda penduduk (KTP), dapat lebih mudah dibawa ke mana-kemana. Apalagi banyak tempat umum seperti stasiun, terminal, atau mall menggunakan kartu vaksin sebagai syarat untuk masuk ke tempat tersebut. Jadi dapat terbukti bila orang yang bersangkutan telah divaksinasi dan aman berada di tempat umum. “Sejauh ini bisnis cetak kartu vaksin ini lumayan menguntungkan. Sampai kini saya mendapatkan omzet hingga Rp 3 juta. Namun teman saya yang juga pelaku percetakan mendapat Rp 10 juta,” terang Eko.
Ketika disinggung perihal rawannya data yang bocor karena kartu vaksin dicetak, Eko mengaku langsung menghapus file kartu vaksin para pemesan setelah kartu vaksinnya selesai dicetak. Dia menjamin tidak ada data pribadi dari para pemesan yang bocor dan tidak juga disalahgunakan.
Hal yang sama juga diceritakan Lana Abidah, perempuan 34 tahun yang juga pelaku usaha cetak kartu vaksin di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru. Dia juga mengaku langsung menghapus file kartu vaksin para pemesan untuk menjamin agar data pribadi mereka tidak bocor atau disalahgunakan. “Saya menyadari bila dicetaknya kartu vaksin memang rawan kebocoran data pemesan. Namun, saya sendiri langsung menghapus file kartu vaksin. Saya tidak memaksa pelanggan untuk mencetak kartu vaksinnya,” kata Lana yang dihubungi lewat telepon.
Perempuan asli Tulungagung ini mengaku membuka usaha ini karena melihat banyaknya penyedia jasa cetak kartu vaksin di Facebook. Hal itu membuat Lana terpancing untuk ikut membuka usaha ini sejak tiga minggu yang lalu. Hingga kini terdapat 50 lebih pesanan yang diterimanya. Jadi bila dihitung omzetnya, saat ini mencapai lebih dari Rp 500 ribu.
Baik Lana dan Eko merasa beruntung melakoni bisnis jasa cetak kartu vaksin. Meskipun hanya musiman, peminatnya cukup banyak. Karena hingga kini vaksinasi di Tulungagung terus berlangsung. Setelah vaksinasi dosis kedua, masyarakat pun tertarik untuk mencetak kartu dengan bentuk yang menyerupai KTP. (*)