Panduan Cara Membagi Saham
Pada fase memulai perusahaan, sebelum tau cara membagi saham, seseorang akan menghitung secara cermat berapa modal yang diperlukan. Ia perlu memperkirakan nilai investasi peralatan, biaya produksi, total biaya-biaya awal dan perhitungan biaya operasional tahun pertama. Keseluruhan modal ini dapat dibagi menjadi modal materil (uang tunai) dan modal non-materil (keterampilan, ilmu pengetahuan).
Ada pula modal non-materil, biasanya berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan manajemen.Modal non-materil datang dari individu pemodal awal yang tidak menyetorkan modal materil dalam bentuk uang. Yang mereka tawarkan adalah keterampilan yang berkaitan langsung dengan operasional nantinya, yang oleh pihak pemodal lain diterjemahkan dalam nominal rupiah. Seorang dengan modal non-materil biasanya dikenal dalam hal keterampilannya yang mumpuni, semisal chef untuk perusahaan kuliner atau resto,hospitalityuntuk perusahaan perhotelan, dan lain-lain. Tanpa adanya pemodalnon-materil, modal materi terancam habis sia-sia karena tidak ada orang berkompeten untuk menjalankan bisnis.
Di dalam dunia bisnis tentu memerlukan dana atau lebih dikenal dengan modal sebelum berbicara mengenai cara membagi saham. Modal berguna untuk perusahaan agar bias menjalankan roda perusahaan baik dari segi produksi, distribusi, penjualan, pemasaran, dan sebagainya. Biasanya modal perusahaan bersumber dari banyak faktor yaitu, dari keuntungan penjualan periode sebelumnya, uang pribadi dari pemimpin perusahaan (CEO), dan atau dana yang berasal dari investor atau pemodal.
Salah satu sumber modal terbesar dari ketiga sumber di atas adalah dari pemodal. Mereka merupakan salah satu stockholderdi dalam badan direksi perusahaan yang memberikan sumber daya modal dalam jumlah tertentu. Sebagaifeedbackdari perusahaan, pemodal akan mendapatkan saham ataustockyang jumlahnya tergantung dari jumlah modal yang diberikan oleh investor. Semakin besar dana ventura yang diberikan kepada perusahaan, maka akan semakin besar pulastockyang akan didapatkan oleh investor. Begitu pula sebaliknya.
Dalam prosesnya, pembagianstock yang nantinya akan menjadi keuntungan bagi pemodal dibagikan oleh perusahaan sesuai ketentuan dan hasil penjualan yang diperoleh dari satu periode tertentu sehingga kita tahu cara membagi saham yang benar. Perusahaan memiliki kewajiban untuk melaporkan dan membaginya kepada para pemodal di akhir dari periode lewat “Rapat Umum Pemegang Saham” (RUPS).
Ilustrasi Cara Pembagian Saham
Nah, sekarang, bagaimana cara membagi saham antara pemodal dengan modal materil dan pemodal non-materil? Apa yang mereka sepakati ketika memutuskan untuk mendirikan perusahaan secara bersama-sama?
Kita pakai ilustrasi berikut:
* Adi(Pemodal Materil): uang Rp100 juta, tapi tanpa kemampuan teknis
* Budi(Non-materil): Keterampilan memasak, manajemen restoran, standar kesehatan, kepegawaian.
Mereka lalu mendirikan PT. GeprekSuben. Setelah melakukan diskusi, mereka menyepakati bahwa baik modal uang ataupun modal keterampilan memiliki nilai saham yang sama. Lalu, mereka sepakat pembagian saham adalah rata: 50% dan 50%. PT. AyamKremes melalui Akta Pendirian mengesahkan penerbitan 100 lembar saham, dan berdasarkan porsi saham mereka, tiap-tiap Adi maupun Budi berhak atas 50 lembar saham.
Sekarang, guna memajukan PT. GeprekSuben mereka menyusun Business Planyang memuat rencana operasi, strategi-strategi, dan juga proyeksi laba hingga setidaknya 5 tahun, memperkirakan valuasi perusahaan.Dalam praktik umumnya,valuasiatau nilai usaha dapat diambil berdasarkan proyeksicash flow,termasuk potensi penghasilan perusahaan setidak-tidaknya 3 tahun ke depan.Dari proyeksi tersebut, mereka dapatkan potensi pendapatan per tahun, total laba per tahun, sehingga pada akhirnya terhitung sebagai valuasi perusahaan di tahun pertama.
Kenapa Ada Opsi Pemberian Saham?
Adalah untuk ikatan, terutama saat suatu perusahaan tak mampu membayar layak karyawannya atau posisinya susah tergantikan. Misalnya jika dia bekerja di perusahaan besar, bisa mendapat gaji 50 juta, di tempat Anda hanya dibayar 10 juta, maka opsi saham dapat mengikat dia.
Jika Anda di posisi investor murni (pasif), justru sebaiknya hindari saham mayoritas, kecuali perusahaan sudah sangat mapan manajemennya. Karena pemberian saham yang kecil kepada ‘founder’, akan menyebabkan gairah kerja berkurang, kecuali investasinya sangat besar.
Berapa % Pembagian Saham ke Investor?
Tergantung resiko yang ditanggungnya. Jam terbang Anda sebagai pengelola berbanding lurus dengan menurunnya angka resiko. Seorang master pengusaha seperti Pak Ciputra layak diberikan lebih dari 50% jika bekerja sama dengan investor. Karena jam terbang beliau dapat memperkecil resiko atau memperbesar faktor keberhasilan.
Jika Anda baru saja terjun ke dunia bisnis, maka prosentasi investor bisa di angka 70% keatas dan Anda hanya 30%. Saat saya mendapatkan investor kedua kalinya (di bisnis supply), saya bahkan menolak pemberian saham 50%. Saya minta diturunkan menjadi 30%. Aneh kan? Karena saya tak ingin terjadi keirian di masa mendatang. Toh saya ‘ngaca’, saat itu saya bukan siapa-siapa. Saya sangat bersyukur ada orang yang mau modali usaha saya.
Kalau Saham Penghargaan?
Istilah saham penghargaan adalah saham kosong tanpa harus bayar, diberikan kepada karyawan yang berjasa atau dianggap mampu duduk di posisi direksi. Besarannya tergantung VALUASI perusahaan tersebut. Kalau sahamnya Freeport, yang konon senilai 200 triliun (versi on the spot), ya dapat 1% aja sudah bernilai 2 triliun. Kalau membayangkan angka 2 triliun saham itu paling gampang, anggap Anda jual sahamnya dan investasikan ulang dengan return (rata-rata) 0,5% aja perbulan, maka Anda akan mendapat penghasilan pasif 10 miliar perbulan atau 330 juta perhari. Puyeng deh ngabisinnya.
Perhitungan cara membagi saham, ada yang dihitung berdasar kondisi sekarang, ada juga berdasar kondisi ‘iming-iming’ (propektus), bisa juga gabungan keduanya. Misalnya, valuasi perusahaan Anda adalah 100 miliar (biar terbiasa ngomong miliar), berapa persen saham yang akan Anda berikan kepada karyawan Anda?
Hitung dahulu angka ‘gaji pantas’ untuk dia. Misalnya gaji tertinggi diluar adalah 50 juta perbulan, sedangkan Anda hanya bisa memberi sebesar angka ‘cukup’, yaitu 10 juta perbulan. Maka defisit 40 juta perbulan, bisa dikalikan masa kerja dia ditambah masa kontrak setelah saham diberikan.
Sistem bagi hasil pertama yang bisa Anda temukan adalah pemodal sekaligus rekan kerja. Jika Anda melakukan patungan bisnis dengan teman, sistem ini sangat mungkin terjadi dimana teman Anda memberikan modal sekaligus menjadi rekan kerja aktif. Perlu diingat bahwa rekan kerja aktif juga merupakan karyawan. Oleh sebab itu, dirinya berhak mendapatkan dua penghasilan, yakni dividen dari modal yang diberikan dan gaji dari hasil kerjanya. Dividen atau keuntungan bersih didapatkan setelah dipotong investasi kedepan dan biaya operasional. Pembagian keuntungan juga disesuaikan oleh besar persentase modal yang ditanamkan di awal oleh masing-masing pemilik modal. Keuntungan yang didapatkan pemodal nantinya akan diakumulasi dan diberikan setahun sekali. Hak kedua yang harus diberikan adalah gaji untuk kinerja selama ini. Berbeda dari keuntungan, hak ini harus diberikan setiap bulannya, bisa di awal atau di akhir bulan tergantung sistem bisnis yang dianut.
Sebagai contoh, A dan B mendirikan sebuah toko sepatu. Masing-masing dari mereka mengeluarkan modal untuk pendiriannya sebesar Rp 100 juta dari A dan Rp 200 juta dari B. Maka modal awal secara keseluruhan sebesar Rp 300 juta. Dari sini bisa dihitung berapa persentase modal yang diberikan oleh masing-masing.
(100 juta/300juta) x 100% = 34%
(200 juta/300 juta) x 100% = 66%
A dan B sepakat untuk menerima gaji perbulan masing-masing sebesar Rp 6 juta. Katakanlah toko sepatu mereka mendapatkan keuntungan sekitar Rp 400 juta pada tahun ini maka estimasi pembagian keuntungan adalah sebagai berikut.
* Keuntungan Rp 400 juta
* Investasi tahun depan Rp 200 juta
* Biaya operasional Rp 50 juta
Dividen = Rp 150 juta
Perhitungan dividen untuk A dan B:
Dividen untuk A = 34% x Rp 150 juta = Rp 51 juta
Dividen untuk B = 66% x Rp 150 juta = Rp 99 juta
Dan pendapatan masing-masing dari mereka adalah
Pendapatan A:
* Gaji Rp 6 juta x 12 bulan Rp 72 juta
* Dividen Rp 51 juta
* Total Rp 123 juta
Pendapatan B:
* Gaji Rp 6 juta x 12 bulan Rp 72 juta
* Dividen Rp 99 juta
* Total Rp 171 juta