Penyebab Dan Cara Mengatasi Eosinofil Rendah
Pernahkah kamu mendengar tentang eosinofil? Ini adalah jenis sel darah putih yang bertugas membantu menghancurkan mikroorganisme berbahaya agar tak menginfeksi tubuh.
Eosinofil bekerja dengan melepaskan zat beracun yang bisa membunuh patogen, termasuk virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lainnya.
Eosinofil juga berperan dalam reaksi alergi dan peradangan tubuh. Selain itu, jenis sel darah putih ini membantu mencegah sel kekebalan menyerang jaringan tubuh sendiri.
Nah, seperti sel darah lainnya, eosinofil diproduksi di sumsum tulang. Menurut Journal of Allergy and Clinical Immunology, kadar eosinofil normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang berkisar antara 0‒0,5 x 10^9/L atau kurang dari 500 sel per mikroliter (mL) darah.
Jika kurang dari kisaran tersebut, hal ini menunjukkan kadar eosinofil rendah. Semakin rendah kadar eosinofil, semakin besar pula risiko terkena penyakit infeksi.
Artikel Lainnya: Kelainan Sel Darah Putih yang Perlu Anda Tahu
Berikut ini penyebab eosinofil rendah beserta cara mengatasinya:
1. Infeksi
Penurunan kadar eosinofil bisa disebabkan oleh infeksi serius. Pasalnya, saat infeksi terjadi, tubuh menghasilkan zat yang berperan menarik eosinofil dari darah.
Eosinofil kemudian “dipindahtugaskan” ke jaringan tubuh yang terinfeksi. Hal ini menurunkan kadar eosinofil dengan cepat.
Salah satu penyakit yang menyebabkan eosinofil rendah adalah sepsis. Menurut penelitian dalam International Journal of Infection Diseases, orang yang mengalami sepsis bahkan bisa tidak memiliki eosinofil sama sekali.
Sepsis adalah kondisi gawat darurat medis yang dapat memicu kematian. Kondisi ini terjadi karena sistem kekebalan (imun) melawan infeksi secara berlebihan dan tidak terkendali.
Respons tersebut lantas menurunkan tekanan darah, serta merusak jaringan dan organ tubuh. Akibatnya, penderita sepsis mengalami gejala awal berupa peningkatan dan penurunan suhu tubuh, menggigil, sesak napas, jantung berdetak cepat, nyeri otot, hingga penurunan kesadaran.
Sepsis acapkali disebabkan oleh infeksi bakteri. Karena itu, untuk mengembalikan kadar eosinofil normal akibat sepsis bakteri, bisa dilakukan pemberian infus antibiotik.
Lalu, penting juga untuk menguras, membersihkan, dan mengobati area luka yang bernanah. Dengan demikian, risiko komplikasi dapat diminimalkan.
2. Sindrom Cushing
Selain sepsis, kadar eosinofil rendah bisa jadi pertanda penyakit yang dikenal medis dengan sebutan sindrom Cushing.
Sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh terlalu tingginya kadar hormon kortisol di dalam tubuh.
Kortisol adalah hormon multifungsi yang berperan mengurangi peradangan, menjaga fungsi jantung dan pembuluh darah, serta mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah.
Sayangnya, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal tersebut dapat mengganggu fungsi tubuh jika kadarnya berlebihan.
Peningkatan kortisol mencetuskan gejala sindrom Cushing, seperti penumpukan lemak di bahu dan wajah, berat badan bertambah, kulit mudah memar, badan lemas, gangguan psikologis, sakit kepala, dan pengeroposan tulang.
Tidak hanya itu, sindrom Cushing juga bisa menurunkan kadar eosinofil, lho. Menurut studi yang diterbitkan jurnal Endocrinology and Metabolism, hal ini terjadi karena kortisol menekan sistem kekebalan.
Untuk mengembalikan kadar eosinofil ke kisaran normal, sindrom Cushing perlu diatasi berdasarkan penyebabnya.
Sindrom Cushing akibat penggunaan obat kortikosteroid bisa diatasi dengan mengurangi dosis obat secara bertahap. Atau, bisa juga dengan mengganti kortikosteroid menggunakan obat lainnya.
Sementara itu, sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor bisa diatasi dengan melakukan operasi pengangkatan massa abnormal tersebut.
Artikel Lainnya: Mengenal Komponen Darah dan Fungsinya
3. Efek Samping Obat-obatan