SENSASI MENGUNYAH KERIPIK BELINGKACA KHAS JAWA BARAT
Ragam budaya selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa, begitu pun dengan budaya kuliner tradisional di Indonesia. Khususnya pangsa wilayah Bandung, Jawa Barat. Selain makanan seblak yang sedang nge-trend beberapa tahun terakhir ini, juga terdapat cemilan khas Bandung lain yang baru-baru ini sedang digandrungi masyarakat, yaitu Keripik Beling.
Keripik Beling jika dialih bahasakan berarti kaca, seperti sebutannya, keripik ini memiliki keunikan dibandingkan jenis keripik lain yang memiliki ketipisan berbagai ukuran, bisa jadi keripik yang satu ini paling tipis karena memiliki kemiripan dengan plastik mika yang kaku.
Jika pada dasarnya sebuah keripik melalui proses penggorengan, maka untuk keripik yang satu ini tidak. Keripik Beling terbuat dari adonan parutan singkong yang amat halus dan dicampur sedikit bumbu rempah penambah rasa gurih. Cara membuatnya pun hanya ditekan oleh alat pipih, kemudian dijemur, lalu masuk proses pembumbuan, sama sekali tidak digoreng. Ada dua varian rasa yaitu original yang hanya ditaburi bumbu asin dan juga rasa pedas yang ditaburi bumbu cabe bubuk kering.
Penulis sendiri pernah melakukan uji coba bersama saudara, bagaimana jika keripik ini digoreng dengan minyak panas dan alhasil mengembang, bentuk dan ukurannya persis seperti emping, sebagaimana Opak Singkong. Hanya saja rasanya terasa lebih asam. Karena memang sejak awal keripik ini memiliki rasa yang cenderung keasaman.
Sayang sekali penulis tidak sempat memotret keripik hasil digoreng.
Keunikan lainnya dari keripik yang satu ini adalah sensasi seru saat mengunyahnya. Jika keripik lain akan terasa renyah saja, maka keripik yang satu ini perpaduan renyah dan agak keras. Selain itu kita harus hati-hati dalam mengunyah karena bisa saja potongan dari keripik ini melukai lidah atau mulut kita saking runcingnya. Harus dikunyah sampai benar-benar lembut agar saat ditelan terasa nyaman di tenggorokkan dan tidak menyebabkan tersedak.
Secara fisik keripik ini berbentuk bundar dan ukuran diameternya kira-kira 4-5 CM. Seperti namanya Beling/Kaca, keripik ini tidak berwarna alias bening, agak tembus pandang, permukaannya bertekstur agak kasar dan sedikit mengkilap. Terdapat serat-serat halus yang berasal dari singkong itu sendiri, seolah-olah terjebak di dalamnya, sehingga memiliki unsur estetika yang alamiah.
Dari segi rasa untuk varian original, keripik ini sangat gurih dan ada sensasi asam yang alami dari proses pengolahan singkong. Varian pedas juga wajib dicoba karena tekstur keripik ini yang mentah dan keras akan memberikan efek pedas yang lebih terasa, diiringi dengan bunyi-bunyian yang menambah kesan ekstrim pada makanan ini, seperti mercon.
Untuk pengemasannya sendiri cenderung sederhana. Satu puckbiasanya berisi 10 bungkus mungil yang di dalamnya terdiri dari beberapa kepingan. Meski tipis tapi tidak mudah hancur karena teksturnya yang kuat dan mudah dalam penataan. Biasanya dijual di pasar-pasar, di warung sederhana dan sekolahan. Penulis sendiri menemukan keripik ini sejak era tahun 2010, meski begitu belum diketahui secara pasti siapa penicipta makanan ini pertama kalinya.
Dulu jajanan ini termasuk agak langka karena jarang di pasaran, tapi dengan banyaknya penggemar membuat jajanan murah meriah seharga lima ratusan ini semakin meningkat produksinya dilihat dari banyaknya penjual di pasaran. Penulis yang sekaligus penjaga warung juga menjadi saksi bahwa jajanan ini selalu paling cepat raib diborong pembeli khususnya para ibu-ibu ngidam dan anak muda.