Simak Niat Sholat Tarawih Beserta Tata Cara Dan Doanya
JAKARTA – Ramadan menandakan umat muslim untuk menunaikan puasa dan sholat tarawih. Perlu dipahami bahwa dinamakan sholat tarawih dikarenakan orang yang melaksanakan ibadah sunah di malam Ramadan ini beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau setiap empat rakaat.
Dari sanalah kemudian setiap empat rakaat (dengan dua salam) disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Sholat Tarawih. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Al Hafiz Ibnu Hajar al ‘Asqallaaniy dalam kitab ‘Fath al-Baari Syarah al-Bukhari’ sebagai berikut:
سُمِّيَتِ الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوْا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُوْنَ بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ .
Artinya: “Sholat jamaah yang dilaksanakan pada setiap malam bulan Ramadan dinamai Tarawih karena para sahabat pertama kali melaksanakannya, beristirahat pada setiap dua kali salam.”
Pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, istilah Tarawih belum dikenal. Rasulullah dalam hadis-hadisnya juga tidak pernah menyebut kata-kata Tarawih.
Semua bentuk ibadah sunah yang dilaksanakan pada malam hari, lebih familier disebut Qiyam Ramadhan, tidak disebut Sholat Tarawih sebagaimana banyak ditemukan dalam teks-teks hadis.
Seperti sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . (صحيح مسلم)
Artinya: “Siapa saja yang melaksanakan ibadah pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”
Dalam riwayat hadis shahih mengatakan sholat Qiyam Ramadhan secara berjamaah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wassallam hanya beberapa malam. Nabi melaksanakan sholat Qiyam Ramadhan secara berjamaah hanya dalam dua atau tiga kali kesempatan. Seperti terdapat dalam keterangan hadis sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (صحيح مسلم)
Artinya: “Dari Aisyah sesungguhnya Rasulullah pada satu malam sholat di masjid, maka para sahabat mengikuti beliau sholat. Kemudian beliau sholat pada malam berikutnya, para sahabat yang ikut berjamaah menjadi makin banyak. Selanjutnya pada malam ketiga atau keempat para sahabat berkumpul ternyata Rasulullah tidak keluar menemui mereka. Keesokan harinya beliau berkata: ‘Aku mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam. Tidak ada yang menghalangiku keluar menemui kalian selain dari kekhawatiranku kalau-kalau sholat itu diwajibkan atas kalian.’ Yang demikian itu terjadi di bulan Ramadan.”