Sujud Ala Rasulullah


Berikut adalah artikel atau berita tentang olahraga dengan judul Sujud Ala Rasulullah yang telah tayang di zenduck.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected] Terimakasih.

Allah SWT menginstruksikan kita untuk shalat sesuai manual book yang tertera di dalam hadis. Setiap gerakan harus sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tak terkecuali sujud. Nabi SAW bahkan pernah meminta sahabat untuk mengulang shalatnya karena ada gerakan yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan. 

Sahabat Hudzaifah RA melihat seorang laki-laki yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya. Tatkala dia selesai melaksanakan shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Kamu belum shalat.” Ia berkata, “Aku mengira ia berkata, seandainya kamu mati maka kamu mati dalam keadaan tidak di atas sunah Muhammad” (HR Bukhari nomor 791 dan 808).

Perkataan Hudzaifah RA, “Kamu belum shalat,” sebenarnya seperti sabda Rasulullah SAW kepada seseorang. “Pergilah lalu shalat karena kamu belum shalat.”

Ada tujuh tumpuan seseorang saat bersujud. Tujuh anggota tubuh itu sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan: dahi, dan beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua kaki” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan: dahi, dan beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua kaki.

Pendiri Quran and Sunnah Solution Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, telapak tangan dan lutut menjadi dua anggota tubuh yang diperdebatkan mana yang terlebih dahulu hinggap di tempat sujud.

Pangkal dari perbedaan ini berasal dari dua hadis riwayat Abu Daud yang hanya berjarak dua nomor. Dua hadis tersebut, yakni bernomor 838 dan 840-841.

Hadis pertama berasal dari sahabat bernama Wail bin Hujr RA. “Kalau Anda ingin sujud, jangan sujud seperti duduknya unta (ibil). Maka, dahulukan lututnya sebelum kedua tangannya.”

Sesuai hadis tersebut, sujud dilakukan setelah dari iktidal dengan cara lutut dahulu turun hinggap ke tempat sujud, baru kemudian tangan. Sedangkan, hadis berikutnya berasal dari sahabat Abu Hurairah RA.

“Kalau Anda sujud, jangan sujud seperti duduknya unta (ba’ir). Silakan dahulukan telapak tangannya sebelum lututnya.”

Bersujud mengharapkan ridha Allah. – (DOK Pexels)

Ustaz Adi lantas menjelaskan mengenai asbabul wurud hadis tersebut. Sahabat Wail bin Hujr yang menjadi muara hadis ini termasuk sahabat pertama yang masuk Islam.

Dia paling rajin mengamati ibadah Nabi sehingga termasuk sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan tentang sifat shalat Nabi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Wail, kata unta diistilahkan dengan ibil, artinya unta dalam artian umum atau belum ada beban.

Wail bin Hujr juga hidup pada masa perintah shalat pertama-tama diturunkan. Ketika itu, Nabi masih muda dan sehat. Rasulullah pun tercatat kerap ikut dalam perang besar, seperti Perang Badar dan Perang Uhud. Pada zaman itulah Wail mendapatkan pesan dari Rasulullah SAW agar jangan sujud seperti duduknya unta.

Menurut Ustaz Adi, unta tanpa beban yang sedang duduk akan mendahulukan tangannya (bagian depan) terlebih dahulu kemudian kakinya (bagian belakang). Nabi pun berpesan agar mendahulukan lutut sebelum kedua tangan agar tidak mencontoh duduknya ibil.

Berbeda dengan hadis tersebut, Abu Hurairah RA sebagai muasal hadis bernomor 840-841 merupakan sahabat yang baru masuk Islam tiga tahun menjelang Rasulullah SAW wafat. Abu Hurairah pun menyesal karena baru belakangan menjadi Muslim.

Untuk mengobati rasa penyesalannya, Abu Hurairah bertekad mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh. Sampai-sampai Abu Hurairah menunggu Nabi saat hendak keluar rumah untuk mencatat semua gerak-gerik dan ucapan Nabi.

Hadis tentang sujud yang diriwayatkan Abu Hurairah pun datang saat Nabi SAW beranjak sepuh. Kata ibil yang keluar pada masa Wail berubah menjadi ba’ir, artinya unta yang sudah ada beban.

Berbeda dengan ibil yang mendahulukan tangan saat duduk, unta dengan beban (ba’ir) mendahulukan kaki kemudian tangan saat hendak duduk. Karena itu, sujud yang dicontohkan berdasarkan hadis ini mestilah sebaliknya, yakni mendahulukan tangan, kemudian lutut.

Meski hadis itu datang saat Nabi SAW beranjak sepuh, Ustaz Adi menjelaskan, hendaknya jangan melihat faktor sepuh sebagai penyebab sujud mendahulukan tangan kemudian lutut.

Namun, sepuh ini harus diletakkan sebagai ilat atau perumpamaan mengenai ketidakmampuan seseorang menggunakan lututnya. Menurut dia, ada orang yang belum sepuh, tapi bermasalah dengan lututnya.

Jemaah melaksanakan ibadah Sholat Jumat di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Jumat (15/1). Foto: Abdan Syakura/Republika – (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Hikmah dari adanya kedua hadis tersebut, ujar Ustaz Adi, bermakna kalau ada orang yang bermasalah dengan lututnya maka dia bisa menggunakan tangannya terlebih dahulu. Sebaliknya, jika ada orang yang bermasalah dengan tangannya maka dia boleh menggunakan lututnya lebih dahulu untuk sujud.

“Jadi, ini menunjuk bukan kepada yang paling benar atau paling sunah, tetapi alternatif yang memudahkan bagaimana cara sujud.”

Setelah telapak tangan dan lutut, kening menjadi anggota tubuh berikutnya yang sampai ke tempat sujud. Saat menjelaskan itu, Rasulullah SAW memberi isyarat dengan menunjuk hidung saat menyebutkan kening atau dahi.

Menurut para ulama, kata Ustaz Adi, kening merupakan anggota badan yang paling dituntut untuk sujud. Ukuran kesempurnaan sujud adalah ketika kening hinggap di tempat sujud disertai hidung. Meski demikian, jika hidung tidak menempel, sujud tetap sah.

Nabi SAW apabila shalat merenggangkan antara kedua tangannya hingga tampak warna putih ketiaknya.

Kening pun harus mendapatkan haknya ketika sujud. Karena itu, kata Ustaz Adi, orang yang shalat bisa menggunakan perangkat untuk membantu kening menyentuh tempat sujud dengan sempurna. Contohnya, bisa menggunakan imamah seperti serban yang dililitkan ke kepala.

Contoh lainnya yakni peci yang dapat membuat rambut tidak menghalangi kening. Jika orang itu tidak memiliki rambut yang menghalangi kening, dia bisa shalat tanpa mengenakan imamah karena bukan termasuk syarat sah shalat.

Di mana letak siku saat sujud? Apakah lengan rapat atau dilonggarkan? Nabi SAW melonggarkan kedua lengannya sehingga tersisa ruang.

“Yahya bin Bukair telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Bakar bin Mudhar telah memberitahukan kepada kami, dari Ja’far dari Ibnu Hurmuz, dari Abdullah bin Malik bin Buhainah, bahwasanya Nabi SAW apabila shalat merenggang kan antara kedua tangannya hingga tampak warna putih ketiaknya” (HR Bukhari nomor 390, 807, dan 3564).

Menurut Ustaz Adi, Nabi SAW menjauhkan siku dari lambung untuk mencegah tekanan terhadap diafragma. Aliran darah menjadi tidak terhambat. Sementara itu, posisi kedua telapak kaki ketika sujud bukan terbuka, tetapi tertutup.

Dengan demikian, tujuh anggota tubuh ini harus harus sempurna menempel tempat sujud. Sampai tenang keadaan sujud, doa pun bisa dirapalkan dengan khusyuk.

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.