Tata Cara Shalat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Bismillahi wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah
Kaum muslimin yang semoga dimuliakan oleh Allah Ta’ala, di antara ibadah yang paling agung dalam agama Islam ialah shalat. Shalat secara bahasa artinya do’a. Adapun menurut istilah syari’at, shalat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala berupa perkataan dan perbuatan dengan tata cara tertentu, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Syarhul Mumti, 2/5).
Kewajban shalat lima waktu
Shalat merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala atas seluruh hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” ( QS. An Nisa’ : 103), yakni sebanyak lima kali dalam sehari semalam yang telah diketahui oleh seluruh kaum muslimin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz (untuk berdakwah) ke Yaman, beliau bersabda: “Ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalatlah sebagaimana Rasulullah mengerjakan shalat
Dalam mengerjakan shalat, kita wajib mengikuti tata cara yang diajarkan Rasulullah, baik dari segi waktu maupun tata caranya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari).
Berdiri menghadap kiblat dekat dengan sutrah
Sebelum melaksanakan shalat, seseorang wajib memenuhi syarat sah shalat, yaitu: mengetahui waktu shalat telah masuk, bersuci dari hadats besar dan hadats kecil, sucinya pakaian, badan dan tempat shalat, menutup aurat serta niat ikhlas karena Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak mengerjakan shalat, beliau berdiri menghadap kiblat dan meletakan sutrah di dekat tempat sujud.
Berdiri merupakan salah satu rukun dalam shalat fardhu bagi yang mampu berdiri. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Berdirilah (mengerjakan shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al Baqarah : 238). Apabila tidak mampu berdiri, maka diperbolehkan mengerjakan shalat dengan duduk atau berbaring. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatlah dengan berdiri, jika engkau tidak mampu maka dengan duduk, apabila tidak mampu juga maka dengan berbaring (HR. Bukhari).
Menghadap ke arah kiblat (masjidil haram) termasuk rukun shalat, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu” (QS. Al Baqarah : 150). Nabi bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Jika engkau hendak berdiri mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadaplah ke arah kiblat” (HR Bukhari dan Muslim). Diperbolehkan tidak mengahadap ke arah kiblat bagi orang yang dalam keadaan sangat ketakutan, dan ketika dalam perjalanan di atas kendaraan (lihat Al Wajiz karya DR. Abdul Azhim Badawiy).
Sutrah merupakan suatu benda yang diletakkan di depan tempat sujud (jika di Indonesia adalah sebelah barat tempat sujud) yang berfungsi untuk mencegah sesuatu yang lewat di depannya. Sebagian ulama mewajibkan hal tersebut, beliau berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar,. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah engkau shalat kecuali dengan sutrah (pembatas), jangan biarkan ada seorangpun yang lewat di depanmu, apabila dia mengabaikannya (tetap lewat) maka cegahlah dia, karena ada qarin (setan) bersamanya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih).
Niat ikhlas karena Allah Ta’ala
Salah satu syarat yang harus terpenuhi ketika hendak mengerjakan shalat yaitu berniat ikhlas karena Allah Ta’ala. Bahkan segala macam jenis ibadah wajib mengikhlaskan niat untuk Allah semata. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya, dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan.” ( HR. Bukhari dan Muslim). Perlu diketahui bahwa niat letaknya di dalam hati, dan tidak disyariatkan melafalkannya dengan lisan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berdiri hendak mengerjakan shalat beliau mengucapkan “Allahu Akbar” dan tidak mengucapkan apapun sebelumnya, dan tidak melafalkan apapun di dalam niatnya (Al Wajiz hal. 102).
Tata Cara Shalat Rasulullah
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan takbiratul ihram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan ucapan “Allahu Akbar” sebagaimana beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang jelek shalatnya. Kemudian mengangkat kedua tangan beliau, terkadang bersama takbir, setelah takbir, atau sebelum takbir. Dan beliau mengangkat kedua tangannya dengan jemari dijulurkan sehingga lurus dengan pundak. Setelah itu beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya (bersedekap) dan melatakkan kedua tangannya di atas dada dengan mengarahkan pandangan ke arah tempat sujud. (lihat Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani).
2. Bacaan-bacaan setelah takbiratul ihram
Setelah melakukan takbiratul ihram, beliau membaca do’a istiftah, yang berisi pujian dan sanjungan kepada Allah Ta’ala. Beliau bersabda: ”Tidak sempurna shalat seseorang sampai dia bertakbir, memuji dan menyanjung Allah jalla wa ‘azza, kemudian membaca (beberapa ayat) dari Al-Qur’an yang mudah baginya.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Shahih). Salah satu bacaan do’a istiftah yang diajarkan Rasulullah adalah : Subhanakallahumma wa bihamdika tabaarakasmuka wa Ta’ala Jadduka Wa Laa ilaaha ghairuka (Artinya : Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud dan An Nasa-i, dihasankan oleh Al Albani 1/252).
Kemudian beliau beristi’adzah (memohon perlindungan) kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan hadits dari Abu Said Al Khudri: “Apabila beliau berdiri mengerjakan shalat beliau membaca do’a istiftah kemudian mengucapkan: “A’udzubillahi As Sami’i Al ‘Alimi minasy syaithanirrajim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, Shahih).
Selanjutnya beliau membaca surat Al Fatihah disetiap rakaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (suarat Al Fatihah).” (HR Bukhari dan Muslim). Beliau membaca surat Al Fatihah dengan berhenti pada setiap ayat hingga ayat terakhir, lalu mengucapkan “Aamiin”. Dilanjutkan dengan membaca surat selain Al Fatihah (pada dua rakaat pertama dalam setiap shalat).
Disunnahkan membacanya dengan suara lantang pada shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat Isya’, dan membacanya dengan lirih pada shalat zhuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan dua rakaat terakhir shalat isya. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy).
3. Rukuk dengan tumakninah
Nabi bersabda kepada orang yang jelak shalatnya: “Kemudian rukuklah sampai engkau tumakninah dalam rukuk.” (HR Bukhari dan Muslim). Beliau rukuk dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lututnya, dengan jemari direnggangkan dan menjauhkan lengan dari lambung. Kemudian disunnahkan membaca tasbih dengan lafal “Subhana rabbiyal Azhim” (artinya : Maha suci Rabbku yang Maha Agung) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani).
4. I’tidal (bangkit dari rukuk) dengan tumakninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian bangkitlah (dari rukuk) hingga tegak berdiri” (HR Bukhari dan Muslim), lalu mengucapkan “Sami’Allahu liman hamidah” (artinya : Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya) dan “Rabbana lakal hamdu” (artinya : Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) (HR Bukhari dan Muslim).
5. Sujud dan duduk di antara dua sujud dengan Tumakninah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman rukuk dan sujudlah kalian” (QS. Al Hajj : 77). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian sujudlah sampai engkau tumakninah, lalu bangkit sampai engkau duduk dengan tumakninah, kemudian sujud sampai engkau tumakninah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Di dalam sujud beliau membaca “Subhana Rabbiyal A’la” (Artinya : Mahasuci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani), dan beliau membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud dengan mengucapkan “Rabbighfirli, rabbighfirli” (Artinya : Wahai Rabbku ampunilah aku) (HR. An Nasa’I, Shahih) dan do’a lainnya yang berasal dari Rasulullah.
6. Tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian duduk pada setiap dua rakaat, ucapkanlah: at tahiyatu lillah…(hingga akhir)” (An Nasa’I, Shahih). Salah satu bacaan tasyahud adalah : “At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh” (artinya: Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).” (HR. Bukhari).
7. Membaca shalawat atas Nabi setelah tasyahud
Membaca shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah tasyahud yang pertama hukumnya sunnah, sedangkan membaca shalawat atas Nabi setelah tasyahud akhir termasuk rukun shalat. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy). Salah satu bacaan shalawat adalah : “Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid” (artinya : Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah, Berkahilah Muhammaddan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia) (HR. Bukhari dan Muslim).
8. Salam
Salam merupakan rukun sekaligus penutup ibadah shalat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kunci shalat adalah bersuci, yang mengaharamkan (awal shalat) adalah takbir dan yang menghalalkan (akhir shalat) adalah salam.” (HR Ibnu Majah, Shahih). Salah satu bacaan salam untuk menoleh ke kanan dan kiri adalah Assalamu alaikum wa rahmatullah (artinya : Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian) (HR. Nasai, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).
Demikian pemaparan yang dapat kami sampaikan, semoga Allah Ta’ala memberikan kepahaman dan ilmu yang bermanfaat.
Allahul Muwaffiq, washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa’ala alihi washahbihi ajma’in.
Penulis : Abdul Fatah (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ust. Abu Salman, BIS