Tata Cara Wudhu Yang Sempurna Kajian Hadits Dan Fiqih
Kita telah memahami apa saja rukun wudhu yang bersifat wajib. Namun tentunya kita ingin selalu melaksanakan ibadah wudhu dengan sebaik mungkin. Berikut ini adalah rukun wudhu yang sempurna:
1. Basmalah dan berniat
Apabila hendak berwudhu, kita membaca, “Bismilla-hirrahma-nirrahi-m,” dengan mengikhlaskan niat karena Allah.
a. Basmalah
Membaca bismillah dalam berwudhu ini diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: طَلَبَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا٬ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ مَعَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مَاءٌ؟ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى الْمَاءِ وَيَقُولُ: تَوَضَّئُوا بِسْمِ اللَّهِ. فَرَأَيْتُ الْمَاءَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ حَتَّى تَوَضَّئُوا مِنْ عِنْدِ آخِرِهِمْ.
Dari Anas, ia berkata: Para shahabat sedang kesusahan mencari air untuk berwudhu. Rasulullah Saw. bersabda, “Apakah di antara kalian ada yang membawa air?” Lalu beliau meletakkan tangannya ke dalam air tersebut, lalu beliau bersabda, “Berwudhulah dengan mengucap bismillah.” Aku melihat air memancar dari antara jari-jari beliau sampai seluruh shahabat berwudhu.” (HR. Nasa’i)
Pada kesempatan yang lain, Nabi Muhammad Saw. menekankan pentingnya basmalah ini dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ٬ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak sah shalat orang yang tidak berwudhu, dan tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut asma Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud)
Adapun secara umum, membaca bismillah ini diperintahkan untuk mengawali semua perbuatan yang baik. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ كَلاَمٍ أَوْ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لاَ يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهُوَ أَبْتَرُ٬ أَوْ قَالَ: أَقْطَعُ.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Semua perkataan, dan semua urusan yang tidak dimulai dengan menyebut asma Allah Swt. adalah sia-sia dan terputus berkahnya.” (HR. Ahmad)
b. Niat
Memang sebenarnya tidak ada satu pun dalil yang menyebutkan niat sebagai salah satu rukun wudhu. Namun mayoritas ulama sepakat, bahwa niat merupakan salah satu rukun wudhu, karena niat ini yang akan membedakan antara orang yang berwudhu dan orang yang sekedar mendinginkan dan menyegarkan anggota tubuhnya dengan air.
Secara umum, niat ini kita tetapkan berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh balasan berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca juga: Arbain Nawawiyah 1: Semua Amal Tergantung Niatnya
2. Membasuh kedua telapak tangan
Selanjutnya, kita basuh telapak tangan tiga kali. Telapak tangan atau al-kaff di sini bukan hanya bagian depan telapak tangan, tapi juga punggung telapak tangan. Membasuh kedua telapak tangan ini berdasarkan hadits berikut:
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Kemudian ia membasuh wajah tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kiri seperti itu. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Kemudian ia membasuh kaki kiri seperti itu. Lalu ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Bersiwak atau gosok gigi
Setelah itu, kita gosok gigi dengan kayu siwak atau sejenisnya. Hal ini berdasarkan hadits:
Hadits Pertama
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah r, bahwa beliau bersabda, “Seandainya tidak memberatkan umatku, tentu aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali wudhu.” (HR. Ahmad)
Hadits Kedua
عَنْ أَبِي خَيْرَةَ الصَّبَّاحِيِّ، قَالَ:كُنْتُ فِي الْوَفْدِ الَّذِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكُنَّا أَرْبَعِينَ رَجُلا فَنَهَانَا عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالنَّقِيرِ وَالْمُزَفَّتِ، قَالَ: ثُمَّ أَمَرَ لَنَا بِأَرَاكٍ، فَقَالَ: اسْتَاكُوا بِهَذَا، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عِنْدَنَا الْعُشْبَ وَنَحْنُ نَجْتَزِئُ بِهِ٬ فَرَفَعَ يَدَيْهِ، وَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِ الْقَيْسِ إِذْ أَسْلَمُوا طَائِعِينَ غَيْرَ كَارِهِينَ.
Dari Abu Khairah yang merupakah seorang shahabat, ia berkata: Aku berada dalam sebuah rombongan yang mendatangi Rasulullah Saw. Pada saat itu kami berempat puluh orang laki-laki. Beliau melarang kami menggunakan duba’, hantam, naqir, dan munazzaf (nama beberapa jenis kayu yang biasa digunakan dalam proses pembuatan minuman keras). Kemudian beliau memberikan perintah kepada kami untuk menggunakan kayu arak (nama jenis kayu).
Beliau bersabda, “Gunakanlah kayu arak itu untuk bersiwak.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami biasa menggunakan rumput.” Beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah ‘Abdul Qais, karena mereka telah masuk Islam dengan taat, tanpa paksaan.” (HR. Thabrani)
Hadits Ketiga
عَنْ أَبِي خَيْرَةَ الصَّبَّاحِيِّ، قَالَ:كُنْتُ فِي الْوَفْدِ الَّذِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ فَزَوَّدَنَا الأَرَاكَ نَسْتَاكُ بِهِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدَنَا الْجَرِيدُ وَلَكِنَّا نَقْبَلُ كَرَامَتَكَ وَعَطِيَّتَكَ٬ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِ الْقَيْسِ إِذْ أَسْلَمُوا طَائِعِينَ غَيْرَ مُكْرَهِينَ إِذْ قَعَدَ قَوْمِي لَمْ يُسْلِمُوا إِلا خَزَايَا مَوْتُورِينَ.
Dari Abu Khairah yang merupakah seorang shahabat, ia berkata: Aku berada dalam sebuah rombongan yang mendatangi Rasulullah Saw. dari ‘Abdul Qais. Beliau memberikan kayu arak kepada kami untuk bersiwak.
Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami biasa menggunakan pelepah (pohon). Tapi kami menerima pemberian Anda sebagai kehormatan. Beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah ‘Abdul Qais, karena mereka telah masuk Islam dengan taat, tanpa paksaan. Sedangkan kaumku tidak masuk Islam melainkan dalam keadaan hina dan ketakutan.” (HR. Thabrani)
4. Berkumur
Setelah itu, kita berkumur sebanyak tiga kali, lalu ber-istintsar. Istintsar yaitu menghirup air dengan hidung, lalu mengeluarkannya. Istintsar juga disebut dengan istinsyaq.
Kita lakukan yang demikian itu 3 kali. Dan kita sempurnakan dalam berkumur dan beristintsar itu, apabila sedang tidak berpuasa.
Menegaskan rukun berkumur dan beristintsar ini, kami akan menyebutkan beberapa hadits sebagai berikut:
a. Tata cara berkumur dan istintsar
Tata cara berkumur dan beristintsar itu berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
Hadits Pertama
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Kemudian ia membasuh wajah tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kiri seperti itu. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Kemudian ia membasuh kaki kiri seperti itu. Lalu ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits Kedua
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ الأَنْصَارِىِّ قِيلَ لَهُ: تَوَضَّأْ لَنَا وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَدَعَا بِإِنَاءٍ٬ فَأَكْفَأَ مِنْهَا عَلَى يَدَيْهِ٬ فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثًا٬ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ٬ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثًا٬ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا٬ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ٬ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ٬ ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا كَانَ وُضُوءُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم.
Dari ‘Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim al-Anshari, bahwa suatu saat ia dimintai keterangan, “Berwudhulah di hadapan kami, dengan wudhu Rasulullah r.” Ia meminta air satu bejana. Ia menuangkan air ke kedua telapak tangannya, lalu membasuhnya tiga kali. Kemudian ia memasukkan tangan ke dalam bejana (mengambil air), lalu mengeluarkannya untuk berkumur dan ber-istinsyaq dari satu telapak tangan. Ia melakukannya tiga kali.
Lalu ia memasukkan tangannya lagi ke dalam bejana, lalu mengeluarkannya untuk wajahnya tiga kali. Kemudian ia memasukkan tangannya lagi dan mengeluarkannya untuk membasuh kedua tangan hingga siku dua kali. Lalu ia memasukkan tangannya lagi dan mengeluarkannya untuk mengusap kepala dengan arah ke belakang dan ke depan. Kemudian ia membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Kemudian ia berkata, “Demikianlah wudhu Rasulullah r.” (HR. Muslim)
Hadits Ketiga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَضْمَضَةِ وَالاِسْتِنْشَاقِ.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw. memberikan perintah kepada kami untuk berkumur dan beristinsyaq.” (HR. Daruquthni)
b. Menyempurnakan kumur dan istinsyaq
Perintah untuk menyempurnakan kumur dan istinsyaq ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Laqith bin Shabrah berikut:
عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى عَنِ الْوُضُوءِ. قَالَ: أَسْبِغِ الْوُضُوءَ٬ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ٬ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا.
Dari Laqith bin Shabrah, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, berikan aku nasehat tentang wudhu.” Beliau bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, sela-selailah di antara jari-jari, dan sempurnakanlah dalam beristinsyaq, kecuali engkau sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
5. Membasuh muka
Selanjutnya, kita membasuh muka tiga kali. Kita mengusap kedua sudut mata, melebihkan dalam membasuhnya, dengan menggosok dan menyela-nyelai jenggot. Semua itu berdasarkan hadits-hadits sebagai berikut:
a. Membasuh muka
Perintah membasuh wajah ini diperintahkan oleh Allah I dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. (Maidah: 6)
b. Tiga kali
Membasuh wajah ini kita lakukan sebanyak tiga kali, berdasarkan hadits yang diriwayatkan ‘Utsman bin ‘Affan sebagai berikut:
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Lalu ia membasuh wajah tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kiri seperti itu. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Lalu ia membasuh kaki kiri seperti itu. Kemudian ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Mengusap kedua sudut mata
Ketika membasuh wajah ini, Rasulullah Saw. mengusap kedua sudut mata. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ وَذَكَرَ وُضُوءَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ الْمَأْقَيْنِ.
Dari Abu Umamah, ia menjelaskan tentang wudhu Nabi Muhammad Saw. dan berkata, “Waktu itu Rasulullah Saw. mengusap kedua sudut matanya.” (HR. Abu Dawud)
Hal ini juga ditegaskan dalam hadits yang lain, yaitu:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَمَضْمَضَ ثَلاَثاً وَاسْتَنْشَقَ ثَلاَثاً وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَكَانَ يَمْسَحُ الْمَاقَيْنِ مِنَ الْعَيْنِ.
Dari Abu Umamah, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Beliau berkumur tiga kali, beristinsyaq tiga kali, dan membasuh wajah. Lalu beliau mengusap kedua sudut mata.” (HR. Ahmad)
d. Melebihkan basuhan
Dalam membasuh wajah ini, kita disunnahkan untuk memperbanyak bagian wajah yang terkena basuhan. Hal ini Nabi Muhammad Saw. perintahkan, karena setiap bagian tubuh kita yang terkena air wudhu akan bersinar pada hari kiamat kelak. Dengan memperbanyak bagian wajah yang terkena basuhan air wudhu, maka kita juga telah memperbanyak bagian wajah yang kelak akan bersinar pada hari kiamat.
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ. وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ٬ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ.
Dari Nu’aim bin ‘Abdillah al-Mujmir, ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah sedang berwudhu. Ia membasuh wajahnya dengan sempurna. Kemudian ia membasuh tangan kanan hingga lengan atas. Lalu ia membasuh tangan kiri hingga lengan atas. Kemudian ia mengusap kepala. Kemudian ia membasuh kaki kanan hingga betis. Lalu ia membasuh kaki kiri hingga betis. Kemudian ia berkata: Demikianlah aku melihat Rasulullah Saw. berwudhu. Rasulullah Saw. bersabda, “Wajah, tangan dan kaki kalian akan bersinar pada hari kiamat nanti karena bekas air wudhu. Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian bisa, hendaknya ia memperbanyak sinarnya.” (HR. Muslim)
e. Dengan menggosok
Dalam membasuh wajah ini, kita lakukan sambil menggosok permukaan kulit wajah. Selain wajah semakin bersih dari minyak dan debu, hal ini juga merupakan contoh dari Nabi Muhammad r.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ َأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ٬ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا يَدْلُكُ.
Dari ‘Abdullah bin Zaid, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Lalu ‘Abdullah bin Zaid berkata, “Demikian beliau menggosok.” (HR. Ahmad)
f. Menyela-nyelai jenggot
Memelihara jenggot merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw. Bagi kita yang menerima nikmat Allah berupa jenggot yang panjang dan lebat ini, Rasulullah Saw. memberikan tuntunan kepada kita untuk menyela-nyelainya ketika berwudhu.
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ٬ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ٬ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ٬ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ٬ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ٬ وَقَالَ: هَكَذَا أَمَرَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ.
Dari Anas bin Malik, bahwa bila Rasulullah Saw. berwudhu, beliau mengambil setangkup air, lalu beliau memasukkan air itu pada bagian bawah bibir, yang kemudian beliau gunakan untuk menyela-nyelai jenggot. Lalu beliau bersabda, “Demikianlah Tuhanku Swt. memberikan perintah padaku.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ، قَالَ: رَأَيْتُ عُثْمَانَ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِ تَوَضَّأَ فَخَلَّلَ لِحْيَتَهُ ثَلَاثًا، وَقَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَهُ.
Dari Abu Wa’il, ia berkata: Aku pernah melihat ‘Utsman t berwudhu. Ia menyela-nyelai jenggotnya tiga kali. Lalu ia berkata, “Demikianlah aku pernah melihat Rasulullah Saw. melakukannya.” (HR. Ibnu Hibban)
عَنْ حَسَّانِ بْنِ بِلَالٍ، أَنَّهُ رَأَى عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ يَتَوَضَّأُ فَخَلَّلَ اللِّحْيَةَ فَقِيْلَ لَهُ: تُخَلِّلُ لِحْيَتَكَ؟ فَقَالَ: وَمَا يَمْنَعُنِيْ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ؟
Dari Hassan bin Hilal, bahwa ia melihat ‘Ammar bin Yasir berwudhu. Lalu ia menyela-nyelai jenggotnya. Ia pun ditanya, “Apakah engkau menyela-nyelai jenggotmu?” Ia menjawab, “Apa yang menghalangiku untuk melakukannya, padahal aku pernah melihat Rasulullah Saw. menyela-nyelai jenggotnya?” (HR. Hakim)
6. Membasuh kedua tangan
Setelah membasuh wajah, kita membasuh kedua tangan hingga siku dengan menggosok tiga kali, menyela-nyelai jari-jari, dengan melebihkan membasuh kedua tangan, dan memulai dari tangan kanan.
a. Membasuh kedua tangan hingga siku
Perintah membasuh wajah ini diperintahkan oleh Allah I dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. (Maidah: 6)
b. Tiga kali
Kita membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali itu berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan ‘Utsman bin ‘Affan sebagai berikut:
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Kemudian ia membasuh wajah tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kiri seperti itu. Lalu ia mengusap kepala. Kemudian ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Lalu ia membasuh kaki kiri seperti itu. Kemudian ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dengan menggosok
Dalam membasuh kedua tangan itu kita lakukan dengan menggosoknya. Demikianlah tata cara membasuh kedua tangan yang dicontohkan Nabi Muhammad r.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ َأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ٬ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا يَدْلُكُ.
Dari ‘Abdullah bin Zaid, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Lalu ‘Abdullah bin Zaid berkata, “Demikian beliau menggosok.” (HR. Ahmad)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِثُلُثَيْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَهُ.
Dari ‘Abdullah bin Zaid, bahwa Nabi Muhammad Saw. diberi dua pertiga mudd (kurang lebih satu setengah liter), lalu beliau menggosok lengannya. (HR. Ibnu Khuzaimah)
d. Menyela-nyelai jari-jari
Ketika membasuh kedua tangan tersebut, kita disunnahkan untuk menyela-nyelai jari-jari tangan. Dengan cara tersebut, kita telah membasuh kedua tangan dengan sempurna, dan inilah perintah yang secara khusus diberikan Nabi Muhammad r.
عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى عَنِ الْوُضُوءِ. قَالَ: أَسْبِغِ الْوُضُوءَ٬ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ٬ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا.
Dari Laqith bin Shabrah, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, berikan aku nasehat tentang wudhu.” Beliau bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, sela-selailah di antara jari-jari, dan sempurnakanlah dalam beristinsyaq, kecuali engkau sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
e. Melebihkan basuhan
Sama dengan membasuh wajah, kita juga diperintahkan untuk melebihkan bagian tangan yang terkena air wudhu.
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ. وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ٬ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ.
Dari Nu’aim bin ‘Abdillah al-Mujmir, ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah sedang berwudhu. Ia membasuh wajahnya dengan sempurna. Lalu ia membasuh tangan kanan hingga lengan atas. Kemudian ia membasuh tangan kiri hingga lengan atas. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga betis. Kemudian ia membasuh kaki kiri hingga betis. Kemudian ia berkata: Demikianlah aku melihat Rasulullah Saw. berwudhu. Rasulullah Saw. bersabda, “Wajah, tangan dan kaki kalian akan bersinar pada hari kiamat nanti karena bekas air wudhu. Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian bisa, hendaknya ia memperbanyak sinarnya.” (HR. Muslim)
f. Memulai dari tangan kanan
Dalam membasuh tangan ini, kita dahulukan tangan sebelah kanan. Setelah tangan kanan selesai kita basuh, barulah kita membasuh tangan sebelah kiri. Hal ini kita lakukan, karena Nabi Muhammad Saw. selalu mendahulukan bagian tubuh yang sebelah kanan untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk wudhu.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسْتَطَاعَ فِى شَأْنِهِ كُلِّهِ٬ فِى طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ.
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi Muhammad Saw. amat menyukai mendahulukan yang kanan sebisanya dalam segala halnya, baik dalam hal bersuci, bersisir, maupun memakai sandal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Mengusap kepala
Selanjutknya, kita mengusap ubun-ubun dengan menjalankan kedua telapak tangan, dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada tempat permulaan tadi, lalu kita usap kedua telinga sebelah luarnya dengan dua ibu jari, dan sebelah dalamnya dengan telunjuk. Bila mengenakan tutup kepala, seperti peci atau jilbab, maka kita mengusap ubun-ubun dan bagian atas tutup kepala (peci atau jilbab tadi).
Secara umum, mengusap kepala ini diperintahkan oleh Allah I dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. (Maidah: 6)
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Lalu ia membasuh wajah tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kiri seperti itu. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Kemudian ia membasuh kaki kiri seperti itu. Lalu ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun dalil dan keterangan dari setiap bagian dari gerakan mengusap kepala itu adalah sebagai berikut:
a. Memulai dari atas kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada permulaan
Hendaknya kita mengusap dengan menjalankan kedua telapak tangan, bukan hanya salah satu telapak tangan. Kita mulai mengusap kepala itu dari bagian atas kepala (dekat wajah) menuju tengkuk, lalu kita kembalikan ke bagian atas kepala lagi (mendekati wajah).
أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ: أَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُرِيَنِى كَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ: نَعَمْ. فَدَعَا بِمَاءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَ يَدَهُ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ، بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ.
Ada seseorang berkata kepada ‘Abdullah bin Zaid, “Apakah engkau bersedia menunjukkan kepada kami, bagaimana Rasulullah Saw. berwudhu?” Ia menjawab, “Ya.” Ia meminta air. Ia pun menuangkan air itu pada kedua tangannya, lalu ia membasuh tangannya dua kali. Kemudian ia berkumur dan beristintsar tiga kali. Lalu ia membasuh wajah tiga kali. Kemudian ia membasuh kedua tangan masing-masing dua kali hingga ke siku. Lalu ia mengusap kepala dengan kedua tangan. Ia ia mengusap ke arah belakang dan ke arah depan. Ia mulai mengusap dari bagian atas kepala hingga ke tengkuk, kemudian mengembalikan ke tempat memulainya tadi. Kemudian ia membasuh kedua kaki. (HR. Bukhari)
b. Mengusap telinga
Setelah itu, kita mengusap kedua telinga. Kita usap bagian luar telinga dengan ibu jari, dan kita usap bagian dalam telinga dengan telunjuk.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ؟ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا٬ ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا٬ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا٬ ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا الْوُضُوءُ٬ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwa seseorang menemui Nabi Muhammad r, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara bersuci?” Beliau meminta air dalam bejana. Lalu beliau membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian beliau membasuh wajah tiga kali. Kemudian beliau membasuh kedua tangan tiga kali. Lalu beliau mengusap kepala. Lalu beliau memasukkan kedua telunjuk ke dalam kedua telinga, lalu mengusapkan kedua ibu jari pada kedua daun telinga bagian luar, dan mengusapkan kedua telunjuk pada kedua daun telinga bagian dalam. Kemudian beliau membasuh kedua kaki tiga kali. Lalu beliau bersabda, “Demikianlah cara berwudhu. Barangsiapa menambah atau menguranginya, maka ia telah berbuat buruk dan zalim.” (HR. Abu Dawud)
c. Bila sedang memakai tutup kepala
Bila sedang memakai tutup kepala, seperti peci atau jilbab, maka kita cukup mengusap ubun-ubun dan bagian atas tutup kepala tersebut.
عَنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ: أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِ وَعَلَى الْخُفَّيْنِ.
Dari Mughirah, ia berkata, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Beliau mengusap ubun-ubun, bagian atas surban, dan bagian atas khuf. (HR. Muslim)
8. Membasuh kedua kaki
Kemudian, kita membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki dengan menggosok tiga kali, menyela-nyelai jari-jari kaki dengan melebihkan membasuh keduanya, dengan memulai dari kaki kanan, dan kita sempurnakan dalam membasuh kedua kaki itu.
a. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki
Bagian kaki yang kita basuh, minimal adalah sampai mata kaki. Hal itu kita lakukan dengan menggosok, tidak cukup dengan hanya membasahinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. (Maidah: 6)
b. Tiga kali
Kita basuh kedua kaki kita, masing-masing tiga kali. Kaki kanan kita basuh tiga kali, lalu kaki kiri tiga kali.
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه أَنَّهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ٬ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ٬ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ٬ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ٬ ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan t, bahwa ia meminta air wudhu. Lalu ia pun membasuh kedua telapak tangan tiga kali. Kemudian ia berkumur dan ber-istintsar. Kemudian ia membasuh wajah tiga kali. Lalu ia membasuh tangan kanan hingga siku tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kiri seperti itu. Lalu ia mengusap kepala. Kemudian ia membasuh kaki kanan hingga mata kaki tiga kali. Lalu ia membasuh kaki kiri seperti itu. Kemudian ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw. berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dengan menggosok
Kita membasuh kedua kaki itu dengan menggosok, tidak cukup dengan hanya membasahinya.
عَنِ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ شَدَّادٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأَ يَدْلُكُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ بِخِنْصَرِهِ.
Dari Mustaurid bin Syaddad, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah r, apabila berwudhu, beliau menggosok jari-jari kaki dengan jari kelingking.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ َأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ٬ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا يَدْلُكُ.
Dari ‘Abdullah bin Zaid, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Lalu ‘Abdullah bin Zaid berkata, “Demikian beliau menggosok.” (HR. Ahmad)
d. Menyela-nyelai jari-jari kaki
Ketika membasuh kaki ini, kita sela-selai jari kaki dengan jari tangan. Dengan demikian, kita telah melaksanakan sunnah Nabi Muhammad r, dan kedua kaki pun bersih secara lebih sempurna.
عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى عَنِ الْوُضُوءِ. قَالَ: أَسْبِغِ الْوُضُوءَ٬ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ٬ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا.
Dari Laqith bin Shabrah, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, berikan aku nasehat tentang wudhu.” Beliau bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, sela-selailah di antara jari-jari, dan sempurnakanlah dalam beristinsyaq, kecuali engkau sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
e. Melebihkan basuhan
Dalam membasuh kedua kaki ini, kita usahakan untuk memperbanyak bagian kaki yang terbasuh oleh air wudhu. Dengan cara demikian, kelak akan semakin banyak bagian tubuh kita yang bersinar, sebagai tanda umat Nabi Muhammad r.
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ٬ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ٬ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ٬ ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ. وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ٬ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ.
Dari Nu’aim bin ‘Abdillah al-Mujmir, ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah sedang berwudhu. Ia membasuh wajahnya dengan sempurna. Kemudian ia membasuh tangan kanan hingga lengan atas. Lalu ia membasuh tangan kiri hingga lengan atas. Kemudian ia mengusap kepala. Lalu ia membasuh kaki kanan hingga betis. Kemudian ia membasuh kaki kiri hingga betis. Kemudian ia berkata: Demikianlah aku melihat Rasulullah Saw. berwudhu. Rasulullah Saw. bersabda, “Wajah, tangan dan kaki kalian akan bersinar pada hari kiamat nanti karena bekas air wudhu. Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian bisa, hendaknya ia memperbanyak sinarnya.” (HR. Muslim)
f. Memulai dari kaki kanan
Dalam membasuh kedua kaki ini, kita dahulukan kaki sebelah kanan. Setelah kaki kanan selesai, barulah kita basuh kaki kiri.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسْتَطَاعَ فِى شَأْنِهِ كُلِّهِ٬ فِى طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ.
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi Muhammad Saw. amat menyukai mendahulukan yang kanan sebisanya dalam segala halnya, baik dalam hal bersuci, bersisir, maupun memakai sandal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
g. Menyempurnakan dalam membasuh kedua kaki
Kita usahakan sebisa mungkin untuk tidak melewatkan sedikit pun bagian kaki yang seharusnya terbasuh oleh air wudhu. Bila setelah wudhu baru ketahuan ada sedikit saja bagian kaki yang seharusnya kita basuh, tapi terlewat, kita wajib mengulangi wudhu dari awal.
عَنْ عُمَرِ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلاً تَوَضَّأَ٬ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ٬ فَأَبْصَرَهُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ. فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى.
Dari ‘Umar bin Khatthab, bahwa ada seseorang telah berwudhu, namun ia melewatkan satu bagian kecil dari telapak kakinya selebar kuku. Nabi Muhammad Saw. melihatnya. Beliau bersabda, “Kembalilah berwudhu, perbaiki wudhumu.” Orang itu pun kembali berwudhu, kemudian ia shalat. (HR. Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: رَجَعْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ٬ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِمَاءٍ بِالطَّرِيقِ تَعَجَّلَ قَوْمٌ عِنْدَ الْعَصْرِ٬ فَتَوَضَّئُوا وَهُمْ عِجَالٌ٬ فَانْتَهَيْنَا إِلَيْهِمْ وَأَعْقَابُهُمْ تَلُوحُ لَمْ يَمَسَّهَا الْمَاءُ٬ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوا الْوُضُوءَ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Kami sedang kembali dari Mekah ke Madinah bersama Rasulullah r. Ketika kami memperoleh air di tengah jalan, sebagian di antara kami pun bersegera melaksanakan shalat Ashar. Mereka pun berwudhu dengan tergesa-gesa. Lalu kami melihat tumit mereka belum tersentuh air. Rasulullah Saw. bersabda, “Nerakalah bagi tumit itu. Sempurnakanlah wudhu.” (HR. Muslim)
9. Berdoa
Terakhir, kita mengucapkan, “Asyhadu alla-ila-ha-ilalla-h wahdahu la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu- wa rasu-luh.
Artinya:
“Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah sendiri yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: كَانَتْ عَلَيْنَا رِعَايَةُ الإِبِلِ٬ فَجَاءَتْ نَوْبَتِى٬ فَرَوَّحْتُهَا بِعَشِىٍّ٬ فَأَدْرَكْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا يُحَدِّثُ النَّاسَ٬ فَأَدْرَكْتُ مِنْ قَوْلِهِ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ٬ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ٬ إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ . قَالَ فَقُلْتُ: مَا أَجْوَدَ هَذِهِ. فَإِذَا قَائِلٌ بَيْنَ يَدَىَّ يَقُولُ: الَّتِى قَبْلَهَا أَجْوَدُ. فَنَظَرْتُ فَإِذَا عُمَرُ قَالَ: إِنِّى قَدْ رَأَيْتُكَ جِئْتَ آنِفًا قَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوُضُوءَ٬ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ٬ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ٬ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata: Dulu kami punya waktu bergiliran untuk menggembala unta. Ketika tiba giliranku, aku menggembala unta-unta itu hingga sore. Ketika pulang aku mendapati Rasulullah Saw. sedang berdiri dan berbicara dengan banyak orang. Aku mendapati sabda beliau, “Tidaklah seorang muslim berwudhu, lalu ia menyempurnakan wudhunya, kemudian ia shalat dua rakaat dengan sepenuh hati dan dirinya, melainkan ia pasti akan masuk surga.”
Aku berkata, “Alangkah indahnya sabda beliau ini.” Tiba-tiba ada seseorang di depanku berkata, “Yang beliau sabdakan sebelumnya lebih indah.” Aku memperhatikan orang itu, ternyata ia adalah ‘Umar. Ia berkata, “Aku melihatmu baru saja tiba. Beliau tadi bersabda: Tidaklah engkau berwudhu dengan sempurna, lalu berdoa: Asyhadu an la-ila-ha illalla-hu wa anna muhammadan ‘abdulla-hi wa rasu-luh (yang artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah), melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga. Lalu ia boleh masuk dari pintu mana pun ia kehendaki.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Allahu a’lam.
_________________
Bacaan:
Artikel: Ma Hiya Arkan al-Wudhu’.