Batuk Pilek Gejala Penyebab Dan Mengobati

Batuk pilek atau common cold adalah infeksi virus ringan di saluran pernapasan bagian atas. Virus batuk pilek bisa menular secara langsung melalui kontak dengan orang yang terinfeksi, atau secara tidak langsung melalui sentuhan pada benda yang terkontaminasi virus.

Batuk pilek atau yang juga dikenal sebagai selesma dapat dialami oleh siapa saja. Pada orang dewasa, batuk pilek rata-rata terjadi sebanyak 2–3 kali dalam setahun. Sedangkan pada bayi dan anak-anak, batuk pilek umumnya terjadi lebih sering.

Masa inkubasi atau jangka waktu sejak virus penyebab batuk pilek, masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan keluhan umumnya adalah 2–3 hari. Penderita juga akan merasakan gejala batuk pilek yang parah dan sangat mengganggu setelah 2–3 hari berikutnya, dan akan mulai pulih setelah memasuki hari ke 7 atau 10.

Perlu diketahui bahwa batuk pilek dan flu merupakan dua penyakit yang berbeda, tetapi sering kali sulit dibedakan karena gejalanya mirip. Perbedaan dari keduanya adalah jenis virus yang menjadi penyebabnya serta gejala yang menyertainya.

Terdapat beragam mikroorganisme yang dapat menyebabkan batuk pilek, termasuk salah satunya virus Corona penyebab COVID-19. Oleh karena itu, jika Anda mengalami batuk pilek, sebaiknya periksakan diri ke dokter guna memastikan kondisi.

Klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke pemeriksaan COVID-19 terdekat:

Penyebab Batuk Pilek
Pada sebagian besar kasus, batuk pilek disebabkan oleh infeksi Human rhinovirus (HRV). Selain HRV, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh coronavirus, adenovirus, human parainfluenza virus (HPIV), dan respiratory syncytial virus (RSV).

Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui hidung, mulut, atau mata, sebelum menimbulkan gejala. Hal ini terjadi ketika seseorang tanpa sengaja menghirup percikan liur penderita batuk pilek yang disemburkan ke udara melalui bersin atau batuk.

Selain itu, virus juga bisa masuk ketika seseorang menyentuh hidung, mulut, atau mata, tanpa terlebih dahulu mencuci tangan setelah menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi virus batuk pilek, seperti gagang pintu.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena batuk pilek:

* Aktivitas di tempat umum
* Daya tahan tubuh lemah
* Riwayat penyakit kronis
* Usia muda (anak-anak)
* Kebiasaan merokok
* Udara dingin

Gejala Batuk Pilek
Seseorang yang sakit batuk pilek (common cold) dapat mengalami gejala berupa:

* Hidung tersumbat atau berair
* Tenggorokan gatal atau nyeri telan
* Bersin-bersin
* Suara serak
* Batuk ringan
* Demam ringan
* Sakit kepala
* Sakit telinga
* Hilang nafsu makan
* Mata berair
* Tubuh terasa sedikit lelah
* Pegal di sendi dan otot
* Daya penciuman dan pengecapan berkurang
* Tekanan pada wajah dan telinga

Meskipun gejala batuk pilek (common cold) sangat mirip dengan flu, tetapi terdapat beberapa perbedaan antara gejala yang ditimbulkan oleh keduanya, yaitu:

* Gejala demam dan sakit kepala lebih sering muncul pada flu dibandingkan pada batuk pilek
* Keluhan nyeri otot dan rasa tidak enak badan pada flu terasa lebih berat dibandingkan pada batuk pilek
* Flu sering kali menimbulkan nyeri dada, sedangkan batuk pilek jarang menimbulkan gejala tersebut atau bila muncul hanya bersifat ringan
* Batuk pilek sering kali menimbulkan gejala bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan, sedangkan flu jarang

Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika gejala batuk pilek tidak membaik setelah 10 hari, bertambah buruk, disertai sesak napas atau nyeri dada, serta batuk terjadi terus menerus disertai dengan dahak.

Sedangkan untuk kasus batuk pilek pada anak, penanganan segera oleh dokter sangat dianjurkan bila:

* Demam terjadi pada bayi baru lahir hingga bayi berusia 12 minggu
* Demam meningkat atau berlangsung selama lebih dari 2 hari
* Gejala batuk pilek makin parah atau sudah berlangsung lebih dari 3 minggu
* Anak merasakan nyeri di tenggorokan (radang amandel) atau telinga, mengi, sulit bernapas, sangat rewel atau mengantuk, serta hilang nafsu makan

Diagnosis Batuk Pilek
Umumnya, dokter dapat mendiagnosis batuk pilek hanya melalui tanya jawab terkait gejala dan pemeriksaan fisik. Namun, jika pasien dicurigai menderita flu atau kondisi lain, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa:

* Swab test, untuk menguji virus flu dengan memeriksa sampel lendir di dalam hidung pasien
* Rontgen dada, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti bronkitis atau pneumonia

Pengobatan Batuk Pilek
Batuk pilek merupakan infeksi virus yang tergolong ringan. Penanganan khusus tidak diperlukan, karena umumnya batuk pilek dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7 hingga 10 hari. Meski begitu, gejala batuk mungkin dapat bertahan beberapa hari setelahnya.

Untuk meringankan gejala batuk pilek, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu:

* Beristirahat dengan cukup
* Meningkatkan asupan cairan dengan minum banyak air putih
* Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, yang kaya akan serat dan rendah lemak
* Menggunakan petroleum jelly untuk melembapkan kulit area hidung dan bibir
* Berkumur dengan air garam hangat
* Menggunakan obat semprot pembersih hidung (nasal rinse)
* Menggunakan pelembap ruangan (humidifier)
* Mengonsumsi tablet hisap pereda nyeri tenggorokan
* Mengonsumsi suplemen zinc dan vitamin C
* Mengonsumsi obat batuk pilek yang dijual bebas, seperti dekongestan untuk meredakan gejala hidung tersumbat, ekspektoran untuk meredakan gejala batuk, serta paracetamol dan ibuprofen untuk meredakan gejala demam dan sakit kepala

Meskipun dijual bebas di apotek, penting untuk membaca petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan. Bila perlu, tanyakan kepada apoteker atau dokter, terutama terkait keamanan obat tersebut jika digunakan oleh bayi, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, serta penderita penyakit tertentu.

Penting untuk diingat, hindari penggunaan antibiotik, karena tidak akan efektif untuk mengatasi batuk pilek. Hindari juga memberikan aspirin pada anak yang menderita batuk pilek, karena dapat memicu terjadinya sindrom Reye.

Komplikasi Batuk Pilek
Batuk pilek umumnya dapat membaik dengan sendirinya. Namun, pada penderita gangguan sistem imun, batuk pilek dapat memburuk dan menimbulkan komplikasi, jika tidak mereda setelah 10 hari. Komplikasi tersebut dapat berupa:

Infeksi telinga bagian tengah (otitis media)
Batuk pilek dapat menyebabkan penumpukan cairan pada ruang di belakang selaput gendang telinga, yang berisiko memicu infeksi bakteri atau virus. Otitis media sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan nyeri di telinga dan keluarnya cairan kuning atau hijau dari hidung.

Serangan asma
Serangan asma bisa timbul pada penderita batuk pilek yang memiliki riwayat asma, terutama anak-anak. Gejala serangan asma yang dapat terjadi adalah sesak napas dan mengi. Jika terjadi serangan asma, penderita disarankan untuk menggunakan obat asma dan beristirahat, atau segera menghubungi dokter.

Sinusitis
Gejala sinusitis yang bisa muncul adalah nyeri di bagian wajah, batuk, demam, sakit kepala, tenggorokan kering, sesak napas, serta kehilangan kemampuan mengecap dan mencium bau.

Bronkitis
Bronkitis terjadi akibat iritasi pada lapisan dari cabang batang tenggorokan (bronkus). Gejala bronkitis antara lain sesak napas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan lemas.

Bronkiolitis
Bronkiolitis merupakan peradangan pada bronkiolus, yaitu saluran udara yang merupakan percabangan dari bronkus. Gejalanya antara lain sesak napas, kulit membiru, bengek (mengi), serta sulit menelan makanan dan minuman.

Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan pada paru-paru. Beberapa gejala pneumonia yang dapat muncul yaitu sesak napas, batuk berdahak, demam tinggi, dan nyeri dada.

Pencegahan Batuk Pilek
Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah batuk pilek (selesma). Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran virus batuk pilek, yaitu:

* Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
* Menambah asupan bahan makanan sumber vitamin C
* Minum air putih dalam jumlah yang cukup
* Mengenakan masker ketika berada di tempat umum atau di dekat orang sakit
* Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan atau sebelum mengolah makanan
* Membersihkan tangan dengan hand sanitizer jika tidak ada air
* Berolahraga secara rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh
* Memenuhi kebutuhan ASI untuk bayi
* Menerapkan etika batuk dan bersin
* Tidur dan beristirahat secara cukup
* Menghindari paparan asap rokok
* Menjaga kebersihan rumah

Selain upaya-upaya di atas, mengonsumsi probiotik yang mengandung bakteri baik juga diduga bermanfaat dalam mencegah infeksi saluran pernapasan atas, termasuk batuk pilek.

Di samping itu, mengonsumsi vitamin C, vitamin D, atau zinc juga dapat membantu menghindari risiko terserang batuk pilek. Meski demikian, kedua hal tersebut masih memerlukan penelitan lebih lanjut.