Maroko Gratiskan Biaya Pendidikan hingga S3


Berikut adalah artikel atau berita tentang bola dengan judul Maroko Gratiskan Biaya Pendidikan hingga S3 yang telah tayang di bola-88.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected] Terimakasih.

RIJALUL HAQ, alumnus MAS RIAB Aceh Besar, sekarang kuliah di Dirasat Islamiyah Faculte des Lettres et des Sciences Humaines Universite Mohammed V di Rabat, melaporkan dari Maroko

MAROKO sebuah negara yang terletak di pinggiran Laut Mediterrania. Negara yang kaya daratan geografis. Mulai dari kota salju, Ifrane di daerah timur kota Fez dan Oukeimeden di Marrakesh, sampai provinsi yang terbentang hamparan gurun pasir sahara, di daerah Ouarouazate (baca: Warwazat).

Dari kampung halaman sang pengelana dunia, Ibnu Battutah di Kota Tanger sampai masjid terbesar ketujuh di dunia, Masjid Hassan Tsani yang dibangun tahun 1993. Uniknya, masjid ini dibangun di pinggiran pantai yang mengarah ke Samudera Atlantik, di Kota Casablanca. Pesona tataran keindahan alam menjadikan negara ini tak pernah sepi dikunjungi para turis mancanegara.

Di negeri ini, banyak ulama Islam moderat dilahirkan. Sebut saja nama Ibnu ‘Asyur, Fatimah Mernisi, Dr Taha Abdurrahman, Dr Ahmad Raisuni, dan Dr Faruq Hammadah. Mereka semua ulama dunia terkemuka di bidangnya pada abad belakangan ini.

Maroko, sejak dulu terkenal dengan negara yang bertaburan mutiara-mutiara filsuf Islam. Salah satunya Imam Syatibi dengan masterpiece-nya Kitab Al-Muwafaqaat. Ada yang mengatakan kitab ini salah satu fondasi dasar yang turut berandil besar dalam berkembangnya ilmu maqashid syari’ah di era modern ini.

Setiap tahun mulai 2009, Kerajaan Maroko melalui Agence Marocaine de Cooperation Internationale memberikan 15 kuota beasiswa bagi Indonesia untuk jatah perguruan tinggi, baik level sarjana, magister, maupun doktoral. Alhamdulillah, saya termasuk di dalamnya yang mendapatkan jatah pada tahun 2013.

Negeri matahari terbenam ini merupakan salah satu pusat pangkal penggabungan pemikiran Islam dengan barat, sehingga pembahasan tentang filsafat Islam, akidah, dan usul fikih lebih sering ditemukan di bangku universitas, khususnya dalam koridor kajian Islam.

Menariknya, di sini kerajaan memberi subsidi penuh biaya pendidikan, mulai dari level sekolah dasar (SD) sampai ke penguruan tinggi level doktoral (Dr/PhD). Jenjang pendidikan di negeri asal Dalailul Khairat ini hampir mirip dengan sistem jenjang pendidikan di Indonesia. Lebih tepatnya, jenjang pendidikan di sini di bagi menjadi, Raudhah selama 1-2 tahun, Madrasah Ibtidaiyyah 6 tahun, Madrasah I’dadiyyah 3 tahun, Madrasah Tsanawiyyah 2 tahun, Program Baccalaureat 1 tahun, sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi ada, Licence 3 tahun, Master 2 tahun, Doktoral 3 tahun.  Semua jenjang pendidikan tersebut, bebas biaya pendidikan. Terkadang cuma ada biaya kecil untuk administrasi pendaftaran, hal tersebut sangat wajar.     

Yang disubsidi penuh tersebut adalah sekolah kerajaan umum (seperti sekolah negeri di Indonesia). Sasaran utama subsidi tersebut adalah seluruh lapisan masyarakat kelas ekonomi bawah, menengah ke bawah, dan menengah. Sedangkan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas dan atas, kerajaan menyediakan sekolah dan lembaga pendidikan swasta yang berbayar tinggi, serta dilengkapi dengan kurikulum yang lebih bermutu dan berkualitas agar serasi dan seimbang dengan bayarannya.

Sekolah-sekolah swasta biasanya dikenal dengan sisipan kata private atau privee pada nama sekolahnya. Misalnya, Abdul Malek Ecole Privee atau Abdul Malik Private School. Sekolah-sekolah tersebut biasanya memakai sistem bayaran per bulan, tingkat SD saja bisa mencapai jutaan rupiah per siswa. Untuk perguruan tinggi, ada universitas swasta yang sangat bergengsi dan paling mahal, yaitu Al-Akhawayn University, tempatnya anak-anak pejabat kerajaan dan para bos perusahaan di Maroko menuntut ilmu. Bayaran per semesternya di kampus ini juga mencapai angka ratusan juta rupiah.

Universitas Al-akhawayn dibangun tahun 1995 dan Al-Akhawayn sendiri berarti “dua bersaudar” yang dinisbatkan kepada Raja Fahd dari Arab Saudi dan Raja Hassan II dari Maroko.

Bahkan, ada sebagian mahasiswa teman saya yang berasal dari pedesaan dan perkampungan di daerah Gurun Sahara, bisa mendapatkan subsidi berupa transportasi gratis untuk akses dan melanjutkan pendidikan ke ibu kota dan kota-kota besar yang memiliki perguruan tinggi.

Selain penyediaan subsidi transportasi tersebut, Kerajaan Maroko juga membangun asrama (hay) di setiap kota yang memiliki universitas negeri. Asrama tersebut berdaya tampung ribuan mahasiswa. Semua mahasiswa diperkenankan untuk tinggal di asrama secara gratis, hanya membayar iuran listrik dan air yang tergolong murah. Lebih detail, setiap asrama tersebut biasanya dilengkapi dengan dapur umum (math’am jami’i). Di sana, mahasiswa bisa memperoleh satu menu makan, baik pagi atau siang, hanya membayar 1,2 dirham setara hampir Rp 2.000. Padahal, harga satu menu makanan tersebut bisa mencapai 15 dirham setara Rp 20.000 jika dibeli di luar asrama atau di warung makanan biasa.

Di sisi lain, ada beberapa kebijakan kerajaan untuk memulihkan kembali kondisi keuangan negara akibat subsidi yang besar di pendidikan tersebut, misalnya, harga bahan bakar di Maroko yang terhitung tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia. Per liternya mencapai 11 dirham. Jika dikonversikan ke rupiah sekitar Rp 15.000/liter.

Singkatnya, pendidikan gratis itu bagus dan menarik, tapi terkadang membuat sebagian anggota masyarakat meremehkannya dalam arti malas belajar karena tak mengeluarkan biaya sama sekali. Namun, alangkah baiknya kalau pendidikan itu murah. Tidak gratis, namun bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Semoga ini menjadi harapan kita bersama dan ke depannya mudah-mudahan bisa diimplementasikan oleh pemerintah pusat dan Aceh. Amin.
[email penulis: [email protected]]

Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke [email protected]

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.