Pemuliaan Tanaman Hibridisasi Salak Pondoh Dengan Salak Salak Bali

Salak (Salacca zalacca) merupakan tanaman buah asli Indonesia. Tanaman salak termasuk suku pinang-pinangan, ordo Spadiceflorae, famili Palmaceae dengan beberapa spesies Salacca conferta, Salacca adulis, Salacca affinis, Salacca globoscans, dan Salacca wulliciana (Sudibyo, 1974). Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak. (Soetomo, 2001). Klasifikasi dari buah salak yaitu divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, bangsa Palmales, suku Palmae, marga Salacca, Jenis Salacca edulis Reinw. Tanaman salak memiliki keragaman genetik yang tinggi. Di dunia terdapat sekitar 20 spesies salak, 3 spesies di antaranya tersebar di Asia Tenggara dan sebagian besar ditemukan di Indonesia. Tiga spesies salak yang enak dimakan yaitu S. zalacca, S. sumatrana, dan S. affinis. Buah salak dapat dipanen 2-3 kali dalam setahun bila tanaman dipelihara dengan baik. Di Indonesia terdapat beragam jenis salak yang umumnya dikenal nama masing-masing daerah tempat salak tersebut ditanam, seperti salak bali, pondoh, condet, Padang Sinempuan, Manonjaya, Madura, Ambaraw, Kersikan, Swaru, dan lain-lain. Diantara berbagai jenis salak tersebut, yang memiliki prospek dan nilai komersial paling tinggi adalah salak podoh dan salak bali (Surachmat, 1995). Konsumen umumnya menyukai buah salak yang berdaging tebal, cita rasa manis, sedikit/tidak ada rasa sepat, harum, dan daya simpannya lama. Namun, varietas salak yang ada belum memenuhi semua kriteria yang diinginkan konsumen. Salak pondoh misalnya, buahnya manis dan tidak sepat tetapi daging buahnya tipis. Salak sidempuan, salak suwaru, dan salak bali, buahnya berukuran besar, dagingnya tebal, tetapi rasanya manis agak sepat, terutama bila buah dipetik saat matangnya belum optimal. Berkaitan dengan hal itu, perlu merakit varietas salak yang buahnya manis, tidak sepat walaupun masih muda, dan Merakit varietas unggul memerlukan tetua yang mempunyai keragaman genetik luas dan memiliki karakter unggul yang diinginkan. Dari hasil penelitian, karakter unggul daging tebal dimiliki oleh salak bali, karakter buah manis dan tidak sepat dimiliki oleh salak pondoh, karakter jumlah tongkol banyak terdapat pada salak sidempuan, dan karakter sisik buah tanpa duri dimiliki oleh salak affinis. Oleh karena itu, untuk mendapatkan salak yang rasanya manis dan berdaging tebal, maka perlu menyilangkan antara salak pondoh dan salak bali. A.Asal Usul Calon Varietas Calon varietas yang akan dihasilkan berasal dari populasi persilangan antara salak pondoh dari Yogyakarta, dan salak bali yang berasal dari Bali. Salak pondoh sebagai tetua betina yang akan diambil sifat manis buahnya. Sedangkan salak bali sebagai tetua jantan yang akan dipertahankan keunggulan daging buahnya yang tebal. Pemilihan salak bali sabagai tetua jantan karena menurut Guntoro (2004), Bunga salak bali termasuk bunga sempurna. Pada satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina yang terdapat pada tandan dan kuntum yang sama (berumah satu). Dengan sifat yang demikian, salak bali dapat melakukan penyerbukan sendiri, bahkan diketahui dapat melakukan penyerbukan sebelum seludang tandan tumbuh (sifat kleistogami). Sifat kleistogami memungkinkan sifat induk terbawa oleh keturunannya. B.Deskripsi Calon Tetua Varietas Tanaman salak pondoh merupakan tanaman berumah dua, sehingga dapat diketemukan tanaman jantan dan tanaman betina. Bunga jantan tersusun seperti genteng, bertangkai dan berwarna coklat kemerah-merahan. Sedangkan bunga betina tersusun dari 1-3 bulir, bertangkai panjang dan mekar sekitar 1-3 hari. Perakaran salak pondoh terdiri dari akar serabut, yang sebagian besar berada di dalam tanah dan sebagian lagi muncul dipermukaan tanah. Sedangkan batang salak pondoh termasuk pendek dan hampir tidak kelihatan secara jelas, karena selain ruas-ruasnya padat juga tertutup oleh pelepah daun yang tumbuhnya memanjang (Santoso, 1990). Kriteria buah yang sudah siap dipanan dapat ditentukan melalui umur buah atau dengan memperhatikan penampakan buah. Umur panan buah salak pondoh adalah sekitar 5,5-6 bulan, sedangkan bila melihat dari penampakan buahnya, salak pondoh yang siap dipanen memiliki warna kulit buah bersih dan mengilap, bila dipegang terasa empuk dan kulitnya tidak keras serta beraroma khas (Anarsis, 1996). Buah salak terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit buah, daging buah yang diselubungi selaput tipis dan biji. Setiap buah salak pondoh memiliki satu biji, berwarna coklat kehitamhitaman, keras, dan pada biji terdapat sisi cembung dan sisi datar (Santoso, 1990). Buah salak pondoh muda rasanya manis dan ggurih, sedangkan buah salak pondoh tua rasanya manis, gurih, dan masir. Ketebalan daging buahnya antara 0,8 cm sampai 1,5 cm, dan warna daging buahnya putih kapur (Rahmat, 1999). Menurut Guntoro (2004), secara umum salak bali memiliki cirri-ciri sebagai berikut: a) Tanaman berbatang pendek dengan ruas-ruas yang rapat, tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Tinggi tanaman dapat mencapai 7 m diukur dari atashingga ujung daun tertinggi. Dari batang tumbuh tunas baru (yang dapt menjadi anakan) dan tunas bunga. b) Perakaran tanaman merupakan akar serabut dan mempunyai akar udara yang menuju tanah sebagai akar biasa. c) Daun tersusun rapat dengan anak daun menyirip berbentuk pedang. d) Bunga salak bali termasuk bunga sempurna. Pada satu pohon terdapat bunga jantandan bunga betina yang terdapat pada tandan dan kuntum yang sama (berumah satu). Dengan sifat yang demikian, salak bali dapat melakukan penyerbukan sendiri, bahkan diketahui dapat melakukan penyerbukan sebelum seludang tandan tumbuh (sifat kleistogami).Sifat kleistogami memungkinkan sifat induk terbawa oleh keturunannya. e) Buah salak siap dipanen pada umur 5-5,5 bulan sejak seludang terbuka. f) Buah berbentuk segi tiga terbalik, lonjong, dan bulat. Kulit terdiri atas sisik yang tersusun seperti genting dan berwarna cokelat sampai cokelat kehitam-hitaman (khusus untuk salak gading/bule kulit berwarna kuning gading keputih-putihan). Daging buah terdiri atas tiga segmen, 1-3 kemungkinan segmen induk dan 1-2 segmen anak. Biji terdapat pada segmen induk, berjumlah 1-3 butir, tetapi kebanyakan 1-2 butir. C. Pelaksanaan Hibridisasi dan Perbanyakan Bagan prosedur pemuliaan adalah pemilihan calon tetua, pelaksanaan hibridisasi salak pondoh dengan salak bali, biji hasil persilangan disemaikan dan ditanam dalam satu populasi, seleksi dilakukan secara individu, dan individu terpilih diperbanyak secara klonal (pencangkokan). Semua tanaman salak yang dievaluasi berasal dari perbanyakan generatif (biji), yang mana keragaman genetik tanaman dalam satu populasi beragam. Sehubungan dengan hal itu, maka cara seleksi yang dilakukan adalah per individu tanaman dengan menggunakan metode ‘seleksi massa positif’, yaitu memilih tanaman yang mempunyai karakter-karakter terbaik dari suatu populasi tanaman, dan membiarkan tanaman yang tidak terseleksi untuk tetap tumbuh di lapang (Borojevic, 1990). Setelah menentukan tetua jantan dan tetua betina serta pemilihan calon tetua varietas selesai dilakukan, maka menentukan waktu yang tepat untuk persilangan yaitu setelah bunga jantan mencapai masa anthesis, dan bunga betina mencapai masa reseptif. Sebelum melakukan persilangan, hendaknya calon tetua betina diberi sungkup sebelum bunga mencapai masa reseptifnya, hal ini ditujukan agar bunga betina tidak tercemar oleh serbuk sari dari bunga lain. Setelah diketahui bunga jantan (salak bali) telah mencapai masa anthesis dan bunga betina (salak pondoh) telah mencapai masa reseptif maka siap dilakukan proses hibridisasi. Kepala sari dapat diambil biasanya dengan menggunakan alat seperti penjepit atau pensil. Pengambilan dilakukan sebelum tepung sari luruh. Makin kecil bunga yang akan diambil kepala sarinya, diperlukan alat yang semakin kecil atau lancip. Perlengkapan lain yang diperlukan antara lain: gunting kecil, kantung kertas, dan label. Gunting digunakan untuk memotong ujung bunga agar dapat mengambil kepala sarinya. Sedangkan label dipakai untuk memberi nomor atau catatan lain yang diperlukan dalam proses pemuliaan yang selanjutnya (Poespodarsono, 1988). Karena bunga pada tanaman salak merupakan bunga heterozigot, maka hasil segregasi sudah dapat pada keturunan F1. Pada populasi tanaman keturunan F1, Seleksi dilakukan per individu tanaman pada populasi tanaman salak di kebun yang diinginkan dengan cara mengevaluasi: a) daya hasil tanaman, meliputi produksi (bobot buah, tebal daging, jumlah biji/buah, porsi dapat dimakan) b) kualitas buah (rasa manis dan tidak ada rasa sepet). X X X X X X X Membuat populasi tanaman F1 untuk memilih tanaman yang memenuhi kriteria. Tanaman terpilih diperbanyak dengan perbanyakan vegetatif (dipilih metode mencangkok). Perbanyakan salak dapat dilakukan secara generatif (berasal dari biji) dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif memiliki kelemahan yaitu, dapat terjadi perubahan sifat yang tidak menguntungkan atau lebih buruk daripada sifat pohon induk, misalnya dalam hal bentuk, ukuran, warna kulit, dan rasa buah. Perbanyakan secara generatif hanya dilakukan untuk mendapatkan salak jantan. Perbanyakan secara vegetatif yang dipilih yaitu mencangkok anakan atau tunas dari induknya. Bibit hasil cangkokan memiliki kelebihan antara lain tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya dan tanaman cepat berbuah. Tunas anakan yang bisa di cangkok yaitu tunas yang telah mempunyai jumlah pelepah daun antara 2-4 pelepah (Sari, 2008). Bahan-bahan yang diperlukan dalam pencangkokan adalah: 1. Pisau, untuk melubangi botol aqua/infus dan membersihkan bagian tanaman yang akan dicangkok. 2. Botol aqua/infus, sebagai wadah untuk tanah dan pupuk kandang. 3. Tanah dan pupuk kandang, sebagai media tumbuh akar. 4. Keranjang, untuk memindahkan bibit tanaman yang siap untuk ditanam. 5. Gunting, untuk melepaskan botol setelah tunas tumbuh. 6. Pahat, untuk melepaskan tunas dari induknya. 7. Air, untuk menjaga kelembaban tanah. D. Keunggulan dari Calon Varietas yang Diusulkan Sebagaimana telah diketahui bahwa buah salak pondoh muda rasanya manis dan gurih, sedangkan buah salak pondoh tua rasanya manis, gurih, dan masir. Ketebalan daging buahnya antara 0,8 cm sampai 1,5 cm, dan warna daging buahnya putih kapur (Rahmat, 1999). Sedangkan salak bali, buahnya berukuran besar, dagingnya tebal, tetapi rasanya manis agak sepat, terutama bila buah dipetik saat matangnya belum optimal. Maka dengan persilangan antara salk pondoh dengan salak bali, diharapkan munculnya varietas buah salak yang rasanya manis namun dagingnya juga tebal. Anarsis, Widji. 1996. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara. Jakarta. Borojevic, S. 1990. Principles and methods of plant breeding. Elseivier. Amsterdam. Fatima, R. Aliya S. 1999. Fenologi dan indeks kemasakan buah dan biji salak pondoh (Salacca zasalacca (Gaertner) Voss. var. zalacca). IPB. Bogor Guntoro, Supriyo. 2004. Budidaya Salak Bali. Kanisius Anggota IKAPI. Yogyakarta. Kemal, Prihatman. 2000. Teknik Budidaya Tanaman Salak. Jakarta: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan, BAPPENAS. Poespodarsono, Soemarjo. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor. Rahmat, Rukmana. 1999. Salak Prospek.Agribisnis dan Tehnik Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Santoso, Budi. 1990. Salak Pondoh. Kanisius. Yogyakarta. Sari, Oktavia Kumara. 2008. Studi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Salak Pondoh. IPB. Bogor. Soetomo, Moch. H.A. 2001. Teknik Bertanam Salak. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Sudibyo. 1974. Sedikit Tentang Buah Salak dan Masalahnya. Lembaga penelitian Hortikultura. Jakarta. Surachmat, kusumo. 1989. “Penggandaan Bibit Buah-Buahan”. Dalam: Makalah pada Latihan Produksi Benih dan Teknologi Benih Puspalitbang Hortikultura. 15 Mei 1989 di Segunung. Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor.