Pengertian Break Even Point BEP Dan Cara Hitungnya

Jakarta – Break Even Point (BEP), istilah ini kerap digunakan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Sebab Break even point merupakan salah komponen perhitungan bisnis terpenting bagi pengusaha.

Tanpa memahami cara menghitung break even point, pebisnis terancam mengalami kerugian mendadak. Lalu apa itu break even point (BEP)?

Melansir dari situs bank OCBC NISP BEP atau break even point adalah perhitungan keuangan dasar yang menunjukkan berapa modal dibutuhkan untuk membuat sejumlah produk. Oleh sebab itulah, BEP selalu menunjukkan persamaan jumlah biaya dan harga produk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bagi seorang pengusaha, pemahaman tentang break even point adalah hal mutlak. Tanpa kemampuan menghitung BEP, pebisnis akan mengalami banyak masalah, mulai dari kesulitan menentukan margin laba sampai memprediksi kapan bisnisnya balik modal.

Dalam menyusun BEP, terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatiakn. Adapun elemen-elemen break even point adalah sebagai berikut.

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Elemen pertama break even point adalah biaya tetap, atau disebut juga dengan fixed cost. Biaya tetap adalah biaya pokok yang akan selalu dikeluarkan perusahaan, bahkan saat tidak memproduksi apa-apa. Beberapa contoh biaya tetap misalnya biaya sewa gedung, biaya perawatan mesin, kendaraan, dan sebagainya.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Elemen berikutnya break even point adalah biaya variabel. Kebalikan dari biaya tetap, nominal variable cost mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. Beberapa hal termasuk ke dalam variable cost adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, peralatan sekali pakai, dan sebagainya.

3. Biaya Campuran (Mixed Cost)
Biaya campuran atau mixed cost adalah kombinasi biaya tetap dan variabel. Biaya ini biasanya memiliki nominal default yang wajib dibayarkan meski tidak ada aktivitas produksi. Akan tetapi, saat produksi dilakukan, jumlahnya juga akan terus meningkat mengikuti output produksi. Contoh-contoh pengeluaran yang termasuk mixed cost misalnya tagihan listrik, tagihan air, biaya bensin kendaraan, pelumas mesin, dan sebagainya.

4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Setelah biaya-biaya dijumlah, akan terbentuk satu elemen BEP baru, yaitu harga pokok penjualan (HPP). Harga ini merupakan harga murni yang nominalnya sama persis dengan BEP, bahkan banyak orang menyebut keduanya sinonim. Sama dengan BEP, nilai laba di dalam harga pokok penjualan adalah 0.

5. Margin Laba
Elemen terakhir break even point adalah margin laba, sesuatu yang wajib Anda tambahkan pada harga produk begitu BEP-nya terhitung. Seperti sudah dijelaskan di atas, penentuan margin laba ada dalam kekuasaan Anda sebagai pemilik bisnis. Anda bisa menetapkan margin laba dengan nominal berapapun, sesuai harga jual produk yang Anda inginkan.

Lalu bagaimana cara menghitung BEP ini? Lanjut di halaman berikutnya.