Sujud Risma Usai Ditagih Janji Hibah Lahan di Bandung


Berikut adalah artikel atau berita tentang olahraga dengan judul Sujud Risma Usai Ditagih Janji Hibah Lahan di Bandung yang telah tayang di zenduck.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected] Terimakasih.

Bandung

Menteri Sosial Tri Rismaharini bersujud di hadapan seorang guru SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung. Aksi itu dilakukan Risma usai berdebat dengan pihak SLB tersebut. Risma pernah berjanji akan menghibahkan tanah milik Kemensos untuk kebutuhan sekolah namun tak terealisasi.

Sekadar diketahui, sekolah itu berdiri di tanah Kementerian Sosial namun bangunannya milik Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Risma bersujud setelah berdebat. Merasa pembicaraannya tak berjalan mulus, akhirnya Risma meninggalkan lokasi SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung.

Kepala Sekolah SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung Gun Gun Guntara angkat bicara terkait hal itu. Pihaknya memang menagih janji Risma yang akan hibahkan tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sebetulnya teman-teman kami perjuangan sudah lama terkait status lahan, yang kita tuntut terakhir janji Bu Risma akan menghibahkan ada 1.600 meter persegi sekian. Lokasi di sini,” kata Gun Gun, Selasa (21/3).

Gun Gun tegaskan, hibah tanah itu tak kunjung terealisasi dan pihaknya tak mengetahui alasannya. “Kurang paham, Bu Menteri kan sudah ber-statement. Belum ada,” ujarnya.

Menurut Gun Gun, bangunan SLB itu sudah seluruhnya mengalami kerusakan. Sehingga bangunan harus segera diperbaiki. “Kita kan ingin tingkatkan layanan, di infrastruktur, ini dari tahun 1901 belum terjadi pembangunan, hampir semua kelas (rusak). PUPR sudah jelaskan ini sudah tidak layak untuk digunakan, akhirnya saya berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, tapi nggak bisa karena status lahan,” terangnya.

Menurutnya, hibah harus dilakukan. Agar standar pelayanan terhadap para siswa bisa terpenuhi. “Saya harapkan bisa terealisasikan, harus sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, baru dilaksanakan,” jelasnya.

Risma sendiri sempat memberi penjelasan. Risma tak menampik pernah menjanjikan hibah tanah, namun ia memikirkan penghuni di sana dan membuka lapangan pekerjaan di kawasan Wiyata Guna. “Awalnya ada permohonan memang untuk penghibahan, awalnya saya setuju, untuk apa sih, orang ini untuk pendidikan, tapi ternyata perkembangannya anak-anak disabilitas (selain siswa) di sini butuh pekerjaan. Akhirnya kita buatkan kafe untuk mereka dilatih barista, ada disabilitas fisik juga,” ungkap Risma.

Risma menuturkan, di Wiyata Guna saat ini tak hanya penyandang tunanetra saja yang diberdayakan, melainkan penyandang disabilitas lainnya, termasuk ODGJ. “Dulunya hanya tampung tunanetra, sementara disabilitas lengkap, ada ODGJ, ada disabilitas fisik, mental, down syndrome, ada tunawicara, bukan hanya tunanetra. Kalau di Bandung dan sekitarnya nggak ada, terus mereka ke mana?” ungkap Risma.

Risma harus melakukan terobosan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. “Kalau itu saya hibahkan, anak-anak untuk akses usah akan tertutup, biar saja mereka gabung, kita perbaiki sekolahnya. Aku nggak bicara yang dulu-dulu ya, kemudian bicara yang kemarin-kemarin, itu nggak etis. Sudah sekarang saya perintahkan perbaikan ruang kelas,” tuturnya.

Dalam perbincangan dengan pihak sekolah, Risma sebetulnya ingin berbicara panjang lebar, namun kondisinya tak memungkinkan. Sehingga langkah yang dinilai ideal adalah pengembangan yang tak merugikan. Namun hal itu tak mendapatkan titik temu.

“Sebenarnya saya mau ngomong apa potensinya apa yang bisa dikembangkan kaya di Bekasi untuk tangani tunanetra. Aku ngomong, musik kok dipake ekstrakurikuler, kalau mereka bisa cari uang dari musik kenapa nggak, kita bantu walaupun belum sempurna betul. Ini anak-anak sudah bisa cari uang, mereka bisa cari uang. Memang harus dilatih menjadi profesional, itu yang sedang kita siapkan,” tuturnya.

Risma menyebut, penyandang disabilitas ini harus dipikirkan sampai mereka mandiri. Sehingga mereka tidak terus ‘diasuh’ orang tua. “Sebetulnya saya tadi mau bicara itu. Oke gedung diperbaiki, ruangan ditambah, ruang rusak diperbaiki, selesaikan,” pungkasnya.

(wip/iqk)

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih.